kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Perbankan Panen Insentif di Kala Likuiditas Mulai Tipis


Minggu, 22 Oktober 2023 / 20:06 WIB
Perbankan Panen Insentif di Kala Likuiditas Mulai Tipis
ILUSTRASI. Meskipun berbagai insentif diberikan, likuiditas perbankan yang ketat kemungkinan tak bisa terelakkan.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat perbankan mengejar target penyaluran kreditnya hingga akhir tahun, masalah likuiditas muncul perlahan. Ditambah, sentimen suku bunga Bank Indonesia (BI) yang naik bisa mempengaruhi likuiditas bank.

Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat loan to deposit ratio (LDR) perbankan perlahan semakin naik. Artinya bank semakin tidak likuid. Per Agustus 2023, LDR di posisi 83,38% dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya di level 82,90%.

Dalam menjaga likuiditas tersebut, perbankan mendapat tambahan insentif dari BI berupa pelonggaran Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM). Setelah sebelumnya, pada 5 Oktober 2023, BI memberi insentif likuiditas makroprudensial pada 120 bank sebesar Rp 28,79 triliun.

“Likuiditas makroprudensial itu juga ada Rp 50 triliun, jadinya masih ada sekitar Rp 20 triliun yang bisa dimanfaatkan,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, belum lama ini.

Terkait insentif PLM tersebut, BI akan menurunkan sebesar 100 basis poin (bps) dari 6% menjadi 5% untuk bank umum konvensional dengan fleksibilitas repo 5%. Sementara, untuk PLM bank syariah akan turun dari 4,5% menjadi 3,5% dengan fleksibilitas repo 3,5%.

Perry bilang insentif penurunan itu berpotensi menambah likuiditas perbankan mencapai Rp 81 triliun. Itu dihitung dari Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan saat ini yang ada sekitar Rp 8.100 triliun.

“Tapi janji lho para bankir, (insentif) untuk menyalurkan kredit, jangan ditaruh lagi di SBN,” ujar Perry.

Baca Juga: NIM Perbankan Masih Gemuk, Bankir: Harus Dijaga di Level yang Sehat

Direktur Bisnis PT Bank Jtrust Indonesia Tbk (BCIC) Widjaja Hendra meskipun berbagai insentif ini diberikan, kondisi likuiditas perbankan yang ketat kemungkinan tak bisa terelakkan.

Dia melihat dengan kenaikan suku bunga acuan BI yang saat ini menjadi 6% ditambah situasi menjelang akhir tahun, kondisi likuiditas perbankan tetap berpotensi mengetat.

“Karena bank-bank lain juga pasti berlomba-lomba menarik dana pihak ketiga,” ujarnya.

Widjaja bilang saat ini pihaknya mulai mengeluarkan program baru terkait dana murah dan deposito dengan menebar bunga yang menarik. Meski demikian, ia tak menyebut secara detail dari program bunga tersebut.

“Ini untuk menarik dana-dana baru masuk ke Jtrust termasuk mempertahankan dana yang sudah ada saat ini,” ujar dia.

Sebagai informasi, LDR Bank Jtrust dalam laporan keuangan terakhirnya per Juni 2023 berada di level 74,22%. Ini sedikit lebih longgar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya di level 75,72%.

Baca Juga: OJK: Insentif Likuiditas BI Bikin Bank Semakin Pede Salurkan Kredit

Direktur Treasury PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) John Simon berpandangan sejatinya kondisi likuiditas di industri sekarang ini dalam keadaan masih memadai. Hanya saja, dia menyadari kalau itu kurang merata.

John menilai, insentif BI itu memiliki tujuan yang tidak hanya satu. Tujuan insentif untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor tertentu yang sedang dikejar pertumbuhannya oleh pemerintah, sekaligus untuk memberikan tambahan likuiditas ke industri yang ditakutkan akan terjadi pengetatan menjelang akhir tahun.

Untuk CIMB Niaga, John melihat likuiditas masih cukup terjaga dengan LDR kurang lebih 85%. Di samping, dia menyebutkan masih mempunyai surat utang pemerintah yang dapat direpokan.

“Dan counterparty repo selalu selalu tersedia,” ujarnya.

John bilang antisipasi dari CIMB Niaga untuk likuiditas selalu dilakukan dengan memonitor semua indikator. Terkait insentif tersebut, pihaknya akan mengatur sesuai keadaan dan kebutuhan.  

“Kalau dibelikan bonds, kalau di kemudian hari ada keperluan dana, bisa direpo,” tambahnya.

Baca Juga: Melambat, Simak Strategi Perbankan Dorong Pertumbuhan DPK di Tahun Ini

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn optimistis insentif yang diberikan regulator dan otoritas perbankan merupakan hal yang positif bagi pertumbuhan kredit. 

“Kami tentunya akan berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait implementasi insentif ini,” ujarnya.

Dia masih melihat likuiditas BCA berada dalam posisi yang memadai. Meskipun, jika dilihat dari laporan keuangan terbaru per September 2023, LDR BCA sedikit naik menjadi 67,4% dari September tahun lalu di level 63,3%.

Hera bilang BCA akan senantiasa mengelola likuiditas secara prudent serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam penerapan manajemen risiko. Di mana, likuiditas saat ini masih memiliki ruang bagi BCA untuk meningkatkan pertumbuhan kredit ke depannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×