Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal makin semarak dengan aksi rights issue di sektor perbankan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimal perbankan sebesar Rp 3 triliun pada tahun ini.
Sebut saja beberapa bank yang akan gelar rights issue tahun ini seperti Bank Aladin, Bank Bisnis, Bank Neo Commerce dan Bank Ina. Senior Investment Analyst Infovesta Utama Edbert Suryajaya menilai prospek rights issue tersebut harus memperhatikan sentimen pasar yang berkembang.
"Untuk saat ini, sentimennya sedang benar-benar negatif seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed dan inflasi yang juga tinggi di Indonesia. Arus dana asing juga keluar cukup deras," kata Ebert, Jumat (13/5).
Oleh karena itu, kesuksesan rights issue bergantung pada pemilihan waktu yang tepat. Namun aktivitas right issue tahun ini diperkirakan tidak akan semeriah tahun - tahun sebelumnya, terutama dari bank digital.
"Hal ini karena euforianya yang sudah mereda. Per sekarang, bisa lihat bahwa hampir seluruh saham terkait digital termasuk bank digital sedang tertekan," ungkapnya.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Analis Terhadap Rencana Rights Issue Bank Aladin (BANK)
Namun tidak menutup kemungkinan euforia akan kembali jika bank bisa mencari momentum yang tepat. Ke depan, saham - saham bank yang memiliki fundamental solid dan laba stabil yang bisa tetap mempertahankan minat investor.
Dengan demikian saham - saham tersebut akan lebih dilirik investor. Apalagi, bagi perbankan yang valuasinya juga masih murah. Sementara emiten - emiten yang kondisinya belum oke namun prospek tumbuh justru akan lebih tertinggal.
Terlebih, kenaikan suku bunga akan mempersulit akses terhadap modal baru. Sebab perusahaan yang sudah profit masih bisa mengandalkan pendanaan internal. Sementara yang belum profit, harus mengandalkan pendanaan eksternal dan akan lebih mahal ketika suku bunga terus naik.
"Kalau investor mau koleksi saham, saya sarankan mencari emiten - emiten yang kondisi bisnis dan keuangannya sudah solid dan valuasinya memang masih murah," ungkapnya.
Sementara itu, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) akan melaksanakan rights issue dengan harga pelaksanaan Rp 2.000 per saham. Perusahaan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 1.999.933.723 saham.
Jumlah tersebut setara 11,12% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan begitu, jumlah dana yang akan diterima oleh perusahaan dari rights issue sebanyak-banyaknya sebesar Rp 3.999.867.446.000.
Baca Juga: Bank Besar Bukukan Laba Jumbo, Simak Rekomendasi Saham BBRI, BBCA, BMRI dan BBTN
"Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruh dana hasil rights issue akan digunakan untuk penyaluran pembiayaan dalam rangka mendukung kinerja perusahaan," jelas Sekretaris Perusahaan Bank Aladin Syariah Mayang Ekaputri dalam surat yang ditunjukkan pada BEI, Senin (9/5).
Pemegang saham utama BANK, yakni PT Aladin Global Ventures (AGV) yang menggenggam kepemilikan 60,21% tidak akan melaksanakan haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya. AGV akan melepas seluruh HMETD yang dimiliki kepada publik melalui mekanisme pasar.
Perseroan menjadwalkan cum HMETD di pasar reguler dan negosiasi pada 17 Mei 2022. Sedangkan di pasar tunai pada 19 Mei 2022. Kemudian perdagangan saham tanpa HMETD (ex-right) di pasar reguler dan negosiasi pada 18 Mei 2022, sedangkan pasar tunai pada 20 Mei 2022.
Tak berbeda, PT Bank Ina Perdana Tbk juga akan menggelar Penawaran Umum Terbatas IV (PUT IV) dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau rights issue sebanyak - banyaknya 2 miliar saham dari modal ditempatkan perseroan dengan nominalnya Rp 100 per saham.
"Dana hasil rights issue akan digunakan untuk modal kerja sehingga dapat meningkatkan modal kerja pengembangan usaha perseroan," terang Direksi Bank Ina.
Dengan dilakukannya PUT IV ini, Bank Ina akan mendapatkan tambahan modal disetor yang akan digunakan untuk modal kerja sehingga dapat mengembangkan kegiatan usaha dan akan berdampak positif terhadap kondisi keuangan dan hasil usaha perseroan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News