Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang, Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) perbankan pada kuartal I 2017 terus mendaki. Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio NPL perbankan per Maret 2017 mencapai 3,04% naik dari periode sama tahun lalu sebesar 2,83%.
Setidaknya ada empat sektor yang menjadi penyumbang NPL terbesar. Tertinggi, sektor pertambangan dan penggalian yang mencetak NPL hingga 7,04%. Jumlah ini melonjak dari posisi 4,22% pada Maret 2016.
Posisi kedua ditempati sektor transportasi, perdagangan dan komunikasi, dengan NPL 4,92%, naik dari periode sama tahun lalu yakni 4,38%. Hanya NPL bisnis konstruksi yang terlihat melandai, dari 4,60% menjadi 4,14%.
Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan, tekanan NPL di kuartal I memang cukup tinggi. Kendati demikian, Jahja berpendapat bahwa memasuki kuartal II laju NPL sedikit mereda. "NPL baru mereda. Kami belum tahu, trennya seperti apa. Kenyataannya, banyak bank menengah yang NPL-nya melejit tinggi di kuartal I dan II," tutur Jahja, Selasa (23/5).
BCA sendiri mampu menjaga NPL di kisaran 1%1,5% hingga akhir April 2017. Sampai akhir 2017 nanti, bank milik Grup Djarum itu berupaya menjaga agar rasio kredit bermasalah tidak menembus level 2%.
"Salah satu sektor yang diantisipasi adalah sektor pertambangan, transportasi dan perdagangan," imbuh Jahja.
Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Haru Koesmahargyo mengakui rasio kredit bermasalah di sektor pertambangan memang tinggi. Di BRI sendiri, rasio NPL mencapai sekitar 9,3%. "Namun, eskporsure kredit di sektor ini hanya 0,9% dari total pinjaman," imbuh Haru.
Sedangkan rasio kredit bermasalah pada sektor perdagangan tercatat sebesar 3,2% dengan eksposure kredit sekitar 35% dari total kredit BRI. Bank berpelat merah ini memperkirakan rasio NPL secara keseluruhan akan terjaga pada level 2,2% sampai 2,4% di akhir tahun 2017.
Senada, Bank Bukopin juga mewaspadai tekanan NPL pada sektor pertambangan dan perdagangan. "Sampai kuartal II, penyumbang NPL masih tetap sama, yaitu pertambangan dan perdagangan," tutur Glen Glenardi, Direktur Utama Bukopin.
Setali tiga uang, Bank Mayapada Internasional menyatakan sektor perdagangan dan konstruksi masih menjadi sumber kredit bermasalah. Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi menyebutkan, per April 2017 NPL kedua sektor itu ada di atas 1% dengan target akan di bawah 2% di akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News