kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.594.000   17.000   1,08%
  • USD/IDR 16.382   17,00   0,10%
  • IDX 7.139   31,59   0,44%
  • KOMPAS100 1.055   2,87   0,27%
  • LQ45 830   2,36   0,29%
  • ISSI 213   0,60   0,28%
  • IDX30 428   1,65   0,39%
  • IDXHIDIV20 511   2,02   0,40%
  • IDX80 120   0,30   0,25%
  • IDXV30 124   0,14   0,11%
  • IDXQ30 141   0,76   0,55%

Permintaan Kredit Masyarakat Bakal Tinggi, Approval Rate Jadi Tantangan


Kamis, 05 Desember 2024 / 19:42 WIB
Permintaan Kredit Masyarakat Bakal Tinggi, Approval Rate Jadi Tantangan
ILUSTRASI. Masyarakat dihadapkan pada beberapa beban tanggungan. Adanya kenaikan PPN menjadi 12% ditambah rencana perubahan skema subsidi energi menjadi BLT. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menatap tahun 2025, masyarakat dihadapkan pada beberapa beban tanggungan. Di mana, adanya kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% ditambah rencana perubahan skema subsidi energi menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Kondisi tersebut pun dikhawatirkan semakin menggerus tabungan yang dimiliki masyarakat. Itu juga sudah tercermin dalam data Bank Indonesia (BI) di Oktober 2024 yang mencatat rata-rata simpanan per rekening di bank senilai Rp 6,58 juta dan menjadi yang paling rendah sepanjang tahun.

Di sisi lain, kredit rumah tangga dari perbankan tercatat terus mengalami pertumbuhan. Di periode yang sama, kredit rumah tangga tercatat senilai Rp 1.808 triliun dan ini mengalami pertumbuhan sekitar 11,01% YoY.

Baca Juga: Cara & Syarat Pengajuan KUR BRI, Masih Ada Sisa Kuota KUR Sekitar Rp 6 Triliun

Hal tersebut menandakan bahwa semakin tergerusnya tabungan masyarakat, maka permintaan kredit pun semakin tinggi. Presiden Direktur PT Krom Bank Indonesia Tbk Anton Hermawan pun membenarkan kondisi tersebut.

Ia bilang pada 2025, ada kemungkinan permintaan kredit dari sisi masyarakat sendiri cenderung akan meningkat. Hanya saja, bank tidak bisa asal-asalan menerima permintaan kredit tersebut dengan tetap memilih sektor-sektor yang tidak berisiko.

”Approval rate-nya nanti akan lebih menantang. Kita juga akan mencoba masuk ke sektor produktif, karena untuk menunjang perekonomian yang sangat dibutuhkan di Indonesia,” ujar Anton (3/12).

Lebih lanjut, ia bilang bahwa approval rate akan sangat tergantung dari sektor-sektor yang diberikan kredit. Anton menjelaskan bahwa semakin tinggi risiko kredit dalam satu sektor, maka tingkat approval rate itu akan lebih rendah.

“Secara umum, saat ini approval rate 20% itu sudah termasuk tinggi, kalau yang risikonya tinggi bisa lebih rendah dari itu,” ujar Anton.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Yuddy Renaldi sependapat bahwa dengan kondisi saat ini, dari sisi permintaan kredit kemungkinan akan lebih tinggi.

Ditambah, ia melihat dengan adanya kenaikan UMP 2025 diharapkan akan mendorong konsumsi di kelas menengah. Namun, ia juga menegaskan hal itu tentu dengan catatan keberlanjutan dari sektor usaha yang turut dijaga.

“Jika bicara mengenai approval rate bisa jadi tidak jauh berbeda,” ujar Yuddy.

Baca Juga: Simak Strategi Transformasi BNI terhadap Anak Usahanya untuk Dongkrak Kinerja

EVP Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Welly Yandoko menambahkan sejauh ini pihaknya terus berupaya meningkatkan proses analisa kredit rumah tangga, termasuk KPR BCA. Sehingga, hal itu dapat terus berjalan dengan baik dan prudent, meskipun dihadapkan berbagai kondisi tantangan ekonomi.

Menurutnya, hal ini sudah teruji pada saat pandemi Covid-19, dimana BCA dapat tetap lancar melepaskan kredit namun dengan tetap mempertahankan kualitas kredit. Salah satu keunggulan yang Welly sebutkan adalah sistem KYC yang kuat dalam pengenalan kepada nasabah dengan memanfaatkan data analitik dan jaringan cabang. 

Ia bilang persentase debitur yang berhasil direalisasikan oleh KPR BCA dari tahun ke tahun pun cenderung stabil dengan reject rate di kisaran 10%. Ia menjelaskan aplikasi yang tidak disetujui ini biasanya lebih dikarenakan  masalah SLIK dan kemampuan keuangan yang tidak tercermin.

“Untuk Tingkat approval rate yang menurun, kami belum melihat hal tersebut,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×