Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat bank digital terus memacu pertumbuhan nasabah yang dimiliki, ternyata jumlah nasabah aktifnya tak seberapa. Tampaknya ini merupakan imbas dari banyaknya jumlah bank digital yang ada.
Berdasarkan penelusuran Kontan, beberapa bank digital ternyata hanya memiliki nasabah aktif sekitar 20% - 25%.
Riset menunjukkan, beberapa bank digital, mayoritas saham aktifnya hanya sekitar 20% - 25% dari keseluruhan.
Ambil contoh, Jenius yang merupakan bank digital milik PT Bank BTPN Tbk mencatat nasabah aktif hanya sekitar 25% dari total nasabah. Nasabah aktif yang dimaksud dalam hal ini adalah mereka yang melakukan transaksi selama 30 hari terakhir.
Hingga akhir Juni 2024, perusahaan mencatat total pengguna Jenius mencapai 5,8 juta nasabah atau naik 21% secara tahunan (YoY) dari sebelumnya 4,8 juta nasabah di tahun lalu.
“Jumlah nasabah aktif Jenius terus tumbuh positif dengan peningkatan rata-rata 15% hingga 20% setiap tahun,” ujar Wakil Direktur Utama Bank BTPN, Darmadi Sutanto.
Darmadi pun menyadari bahwa loyalitas nasabah menjadi tantangan bagi bisnis perbankan digital saat ini. Setidaknya, itu yang terjadi pada Jenius yang bisa dibilang menjadi pelopor bank digital di Indonesia.
Ia bilang fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak nasabah dari anak muda yang mudah sekali berpindah dari satu bank ke bank lainnya. Alasannya, ada ketertarikan promo dan bunga yang menarik dari bank-bank digital saat launching.
Baca Juga: Ada Rekening Jenius yang Dipakai untuk Judi Online, Begini Antisipasi BTPN
Apalagi, lanjut Darmadi, saat ini membuka rekening di bank digital jauh lebih mudah. Berbeda jika dibandingkan dengan era bank konvensional yang harus datang ke cabang saat buka rekening.
“Dulu orang mikirnya cari bank itu perlu memastikan bank tersebut tetap ada di masa depan, kalau bagi anak muda zaman sekarang tampaknya itu tak berlaku,” ujarnya.
Kalau sudah begini, menurutnya manajemen harus terus mengeluarkan inovasi-inovasi baru. Harapannya, tidak banyak nasabah yang akhirnya pindah ke bank digital lain.
Kondisi serupa terjadi pada Bank Raya, Direktur Keuangan PT Bank Raya Indonesia Tbk, Rustati Suri Pertiwi bilang jumlah nasabah aktif yang dimiliki saat ini hanya sekitar 25% dari total nasabah. Di mana, total nasabah aktif milik Bank Raya per Juni 2024 sebanyak 850.000 nasabah.
”Tapi persentase ini terus meningkat seiring dengan fitur layanan yang semakin beragam,” ujar wanita yang akrab disapa Tiwi ini.
Namun, sampai saat ini, ia masih belum melihat dampak beban yang signifikan dari jumlah nasabah yang tidak aktif. Bahkan, menurutnya nasabah yang tidak aktif tersebut perlu lebih digali untuk menemukan kebutuhan yang tepat.
Baca Juga: Melihat Permodalan Bank-bank Digital di Semester I-2024, Siapa yang Paling Kuat?
”Secara periodik, Bank Raya tetap mengevaluasi portofolio nasabah yang tidak aktif ini untuk memitigasi potensi risiko dan mengevaluasi potensi efisiensi,” tambahnya.
Tak banyak berbeda, PT Allo Bank Indonesia Tbk memiliki sekitar 2 juta nasabah dari total nasabah yang mereka miliki sebanyak 10 juta. Artinya, hanya sekitar 20% dari total nasabah mereka yang aktif bertransaksi di Allo Bank.
Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo bilang bahwa kondisi tersebut banyak mempengaruhi transaksi yang dilakukan. Hal tersebut tercermin dari total transaksi yang meningkat tiga kali lipat sepanjang setahun terakhir. Contohnya, transaksi QRIS, transfer dan top-up.
”Kalau bagi bank dengan layanan digital, cost per customer sangat rendah,” ujarnya.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) sekaligus pengamat ekonomi digital, Nailul Huda bilang bahwa saat ini bank digital itu belum dipilih untuk menyimpan uang dalam jangka waktu tertentu. Di mana, pilihan untuk deposito pun masih sangat kurang.
Maka, ia bilang seharusnya bank digital sudah mulai mengubah atau menambahkan layanannya ke deposito jangka waktu tertentu untuk menarik minat masyarakat menyimpan uang di bank digital.
”Kemudian, bank digital juga harus mulai mempertimbangkan untuk masuk ke dalam layanan payroll sistem,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News