Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku adanya penurunan laba bersih bank syariah. Baik bank umum syariah maupun unit usaha syariah. Penurunan tersebut diakibatkan penurunan margin simpanan yang diperoleh.
Penurunan laba bersih terjadi lantaran bank syariah tetap ingin mempertahankan nasabah, meski biaya dana meningkat. Akibatnya, margin yang diperoleh perbankan syariah menurun. Praktik ini umum dilakukan oleh bank kecil dalam rangka menjaga loyalitas nasabah.
Berdasarkan data OJK per April 2014, laba bersih bank syariah mencapai Rp 1,03 triliun. Jumlah ini menunjukkan penurunan sebesar 24,26% dibanding April 2013. Adapun laba bersih yang diraih bank syariah di semester I tahun lalu mencapai Rp 1,92 triliun.
PT Bank Syariah Bukopin (BSB) pun mengakui bahwa kinerja bisnis pada tahun ini tidak terkinclong tahun sebelumnya. Meski dari sisi ekspansi pembiayaan tetap tumbuh, namun kenaikan biaya dana akibat faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan global menggerus capaian laba perseroan.
"Untuk laba proyeksi kami naik, tapi realisasinya mungkin berbanding terbalik. Realisasi mungkin turun (dari target). Bank syariah sama seperti BSB, kami melihat situasi sekarang akan ada penurunan laba," kata Riyanto, Direktur Utama BSB, Kamis (4/9).
Riyanto menjelaskan, kondisi penurunan laba ini terjadi sejak pertengahan tahun lalu atau Juni 2013. Hal ini utamanya dikarenakan kenaikan suku bunga acuan BI rate yang merangkak sebesar 175 basis poin secara bertahap selama paruh kedua tahun lalu untuk merespons tingginya inflasi.
Imbasnya, tingkat suku bunga deposito pun ikut melambung. Efek lainnya, biaya dana di perbankan ikut terkerek naik. Kenaikan biaya dana di BSB, jelas Riyanto, mencapai 2%-3%. Angka ini mungkin kecil, namun menurut Riyanto hal ini berefek besar.
"Efek global dan kenaikan BI rate, berimbas pada kenaikan biaya dana antara 2%-3%. Memang angkanya kecil, tapi efeknya besar. Hitung saja 2% dari Rp 3,6 triliun (posisi dana pihak ketiga BSB saat ini), setara dengan Rp 70 miliar per tahun. Bisa dibayangkan efeknya seperti apa," jelasnya.
Margin pembiayaan di perbankan syariah yang bersifat tetap, kata Riyanto, membuat perseroan tidak memungkinkan untuk melakukan penyesuaian terhadap pembiayaan yang telah berjalan. Saat ini, laba bersih BSB ada sekitar Rp 8 miliar. Sementara sepanjang 2013, perseroan membukukan laba bersih Rp 19,55 miliar.
"Efek ke bank syariah lebih signifikan lagi terkait biaya dana. Akibat kondisi ini, realisasi dan target berbanding terbalik untuk bank syariah. Proyeksi BSB untuk target akhir tahun kira-kira 70% dari posisi laba akhir 2013 lalu. Jadi ada penurunan laba 30%-40% pada akhir tahun ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News