kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pesanan Saving Bond di BNI nyaris Rp 200 miliar


Selasa, 06 Mei 2014 / 17:15 WIB
Pesanan Saving Bond di BNI nyaris Rp 200 miliar
ILUSTRASI. Pekerja memikul karung beras di Gudang Bulog Sub divre Ciamis, Sindangrasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (30/9/2020). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/foc.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) sudah membuka penawaran instrumen surat utang baru, Saving Bond Retail (SBR) sejak 2 Mei lalu. Obligasi berkode SBR001 ini diterbitkan tak hanya untuk mencari utang baru pemerintah, tapi juga untuk menambah gairah investor retail menabung dan berinvestasi. 

Salah satu agen penjual pemesanan SBR di pasar perdana yaitu PT Bank Negara Indonesia. Teddu Atmaja Vice President Product Development BNI mengatakan, pihaknya telah menerima pemesanan sebanyak 40% dari keseluruhan SBR yang ditargetkan yaitu antara Rp 400 miliar-Rp 500 miliar.

Jika dihitung, pesanan SBR yang masuk lewat BNI mencapai sekitar Rp 200 miliar. "Baru beberapa hari, tapi minat masyarakat sudah lumayan tinggi. Harapan kami, bisa terjual 100%. Kami optimis target penjualan 100% akan tercapai," ujar Teddy kepada KONTAN, Selasa (6/5).

Ia bilang, sebanyak 66% dari nasabah pemesan SBR saat ini berasal dari Jakarta. Sementara, porsi nasabah dan masyarakat di pulau Jawa termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur mencapai 25%.

Belum setenar ORI

"Animo masyarakat di Jakarta dan pulau Jawa memang lebih tinggi karena informasinya lebih sampai dan juga lebih teredukasi," katanya.

Teddy menyebutkan, memang diperlukan seni tersendiri dalam memasarkan produk investasi yang terbilang baru ini. Sebab, masyarakat tetap membutuhkan informasi dan sosialiasi yang baik.

Jika diukur dengan grafik, penjualan SBR masih terlihat melandai jika dibandingkan dengan penjualan obligasi negara ritel Indonesia (ORI). Meski begitu menurut Teddy, hal ini wajar adanya. Sebab, produk ini tetap memerlukan waktu untuk dikenal terlebih dahulu di masyarakat.

"Berbicara secara nasional, untuk awalan penjualan produk baru, memang akan landai terlebih dahulu. Namun pada waktu-waktu tertentu akan meningkat. Seri SBR selanjutnya pasti akan meningkat," jelas Teddy.

Untuk target pembeli SBR, bank dengan kode emiten BBNI ini tidak hanya menyasar nasabah kelas atas atau prioritas dan wealth management, tapi juga keseluruh nasabah ritel BNI. Sebab, BNI sendiri sudah memasarkan instrumen investasi anyar ini di beberapa kota besar.

Lebih lanjut Teddy menyebutkan, dengan waktu sosialisasi dan penjualan yang terbilang ketat yaitu hanya 14 hari kerja, pihaknya tetap berharap instrumen investasi ini akan terserap 100% di masyarakat. "Kami membutuhkan waktu untuk sosialisasi kepada nasabah agar supaya instrumen ini diterima oleh masyarakat. Untuk pemesanannya, nasabah bisa melakukan di kantor cabang utama kami," tutur Teddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×