kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Peserta asuransi kumpulan merosot, simak strategi pelaku bisnis di tahun ini


Minggu, 17 Maret 2019 / 16:12 WIB
Peserta asuransi kumpulan merosot, simak strategi pelaku bisnis di tahun ini


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja asuransi kumpulan tertekan pada tahun lalu. Penurunan peserta asuransi kumpulan telah berperan besar menurunkan jumlah tertanggung di industri asuransi jiwa.

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyatakan, jumlah nasabah asuransi jiwa atau disebut tertanggung mengalami penyusutan sebesar 17,8% menjadi 53,86 juta orang pada tahun 2018. Asuransi kumpulan sebagai penyumbang porsi terbesar penurunan tersebut, yaitu mencapai 23,3% menjadi 36,06 juta orang.

Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu membenarkan bahwa asuransi kumpulan menurun signifikan di tahun lalu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, perusahaan atau badan usaha lebih memilih berasuransi ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan karena ada kewajiban pendaftaran sebagai peserta paling lambat 1 Januari 2019.

“Kemungkinan karena tahun 2019, semua masyarakat sudah wajib mengikuti BPJS Kesehatan,” kata Togar kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Kedua, kondisi ekonomi global maupun dalam negeri pada tahun lalu membuat para pemegang polis bersikap wait and see. Alhasil, banyak nasabah memilih mengajukan klaim tebus surrender, yaitu pembatalan polis sebelum masa perjanjian asuransi selesai. Mereka kemudian mencairkan dana tunai (surrender) dari polis untuk kebutuhan sehari-hari dengan mengambil uang setoran asuransi.

Klaim nilai surrender pada tahun lalu melambat 0,5% menjadi Rp 66,93 triliun. Walaupun begitu klaim ini memiliki porsi terbesar dalam pembayaran klaim dan manfaat yaitu sebesar 55,9%.

Meski secara industri menurun, tapi sejumlah pemain asuransi jiwa telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menggeber asuransi kumpulan tahun ini. 

PT FWD Life Indonesia (FWD Life) mencatatkan jumlah tertanggung sebesar 500.000 orang pada tahun lalu. Wakil Presiden Direktur FWD Life Rudi Kamdani mengatakan tengah berupaya meningkatkan premi dari asuransi kumpulan karena potensi bisnis dari segmen ini cukup besar.

“Kami akan memaksimalkan jalur distribusi termasuk melakukan pengembangan inovasi produk serta mengombinasikan pemasaran secara online dan offline demi meningkatkan jumlah nasabah,” jelasnya.

PT Asuransi Jiwas Taspen (Taspen Life) mencatatkan peserta asuransi kumpulan mencapai 580.356 orang, atau meningkat 12,22% dari tahun lalu yakni 517.617. Direktur Utama Taspen Life Maryoso mengatakan, asuransi kumpulan masih menyumbang porsi premi dan peserta terbesar perseroan.

“Asuransi kumpulan ini bersifat jangka panjang sehingga prospek bisnisnya bisa bulanan maupun tahunan. Produk terbesar masih bekerja sama dengan Taspen berbentuk tabungan hari tua,” jelas Maryoso.

Selama ini segmen pasar dari aparatur sipil negara diakuinya menjadi salah satu sasaran perseroan dalam berbisnis. Maklum saja, Taspen Life memang menjadi produk top up benefit dari Taspen sebagai produk andalan.

Selain Taspen, peserta asuransi kumpulan Taspen Life juga berasal dari 143 pemerintahan daerah dan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tentunya, mereka secara sukarela mendaftar sebagai peserta Taspen Life.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×