Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Dana pensiun yang dikelola oleh lembaga keuangan berpotensi tumbuh tahun depan. Maklum, semakin banyak pelaku usaha yang menyadari pentingnya pengelolaan dana untuk pensiun.
Daneth Fitrianto, Ketua Bidang Investasi Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (ADPLK) mengatakan, belakangan, ada pergeseran tren tujuan peserta menempatkan dana pensiun mereka, dari iuran pasti menjadi manfaat pasti. "Mereka mencari kepastian klaim dan manfaat yang diterima," kata Daneth, Senin (9/12).
Dia meramal, perpindahan ini akan lebih terasa di masa mendatang. Makanya, dengan pertumbuhan kesadaran penabung dana pensiun sukarela itu, peluang pertumbuhan dana kelolaan masih besar. Apalagi, dalam catatan asosiasi sebelumnya, ruang pertumbuhan masih besar. Dari 121 juta karyawan, hanya 1,5 juta karyawan yang menjadi peserta DPLK.
Pilihan investasi ada di tangan peserta. Nasabah yang memiliki selera risiko kecil, akan mencari investasi pasar uang dan obligasi. Sedangkan peserta yang menyukai imbal hasil lebih besar dan risiko cukup tinggi, akan lebih menyasar ke saham. "Jika ingin masuk saham sebaiknya saat ini, karena indeks saham sedang turun," kata dia.
Sejatinya, imbal hasil di instrumen berisiko lebih rendah seperti deposito dan obligasi, memberi imbal hasil oke. Betty Alwi, pemimpin DPLK BNI, mengatakan imbal hasil DPLK BNI di deposito mencapai 8,21% dan obligasi sebesar 8,63%.
Para peserta DPLK Bank Negara Indonesia (BNI) cenderung lebih konservatif, di tengah kondisi pasar yang labil "Sebanyak 65% dana investasi masih di deposito," kata Betty. Sedangkan portofolio ke obligasi sekitar 33%. Sisanya diinvestasikan ke reksadana dan saham.
Imbal hasil tersebut masih lebih tinggi dibanding bunga deposito perbankan yang ditetapkan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 7,25%.
Hingga November lalu, DPLK BNI mencatat, dana investasi sebesar Rp 8,26 triliun. Menurut Betty, tren investasi DPLK BNI tahun depan akan tergantung pada peserta.
Risiko rendah
Daneth, yang juga Pelaksana Tugas Pengurus DPLK Tugu Mandiri menceritakan, peserta di perusahaannya mencari imbal hasil menarik, tapi risikonya tak terlalu besar.
Alhasil, hingga 56% dana investasi DPLK Tugu Mandiri menuju obligasi pemerintah dan korporasi. Sedangkan sebesar 13% dana investasi menuju ke instrumen saham. Sedangkan sisanya, sekitar 31% masuk ke deposito.
DPLK Tugu Mandiri menargetkan, aset kelolaan tahun ini sebesar Rp 780 miliar. Tahun depan, dia berharap, bisa tumbuh sekitar 20%. “Tahun depan, kami akan mengagendakan edukasi khusus untuk peserta Tugu Mandiri agar lebih mengenal lebih jauh tentang investasi, pasar uang, dan sebagainya” tuturnya.
Sementara, Nur Hasan Kurniawan, Direktur Operasional DPLK Manulife, mengaku pertumbuhan secara organik cukup bagus, hingga Manulife membukukan aset kelolaan di atas 38%. “Investasi kami sekitar Rp 6,5 triliun, sumbangan terbanyak ke pasar uang, kalau untuk saham hanya sekitar Rp 1 triliun,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News