Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kredit perbankan pada Agustus 2025 masih lesu. Namun PT Bank KB Indonesia Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit dengan tren positif secara keseluruhan.
VP Corporate Relations KB Bank Adi Pribadi mengatakan bahwa hingga Agustus 2025, dicatatkan bahwa portofolio kredit modal kerja KB Bank tumbuh dobel digit secara tahunan (YoY).
“Hingga Agustus 2025, portofolio wholesale kami yang erat kaitannya dengan kredit modal kerja, mencatat pertumbuhan dobel digit secara tahunan,” ungkap Adi kepada Kontan, Jumat (26/9/2025).
Baca Juga: Kredit Modal Kerja Bank BPD DIY Tembus Rp 2,99 Triliun per Agustus 2025
Adi menyampaikan bahwa pertumbuhan ini terutama ditopang oleh sektor-sektor produktif seperti infrastruktur, pertambangan, dan kesehatan.
KB Bank memandang bahwa secara keseluruhan, sentimen pelaku usaha masih cukup positif, terutama dalam menjaga likuiditas dan arus kas bisnis. Sehingga, Adi menyebut jika Bank terus optimistis membidik penyaluran kredit tetap tumbuh positif hingga akhir tahun.
“Ke depan, kami terus menjaga momentum positif ini akan berlanjut. Meski permintaan kredit di tingkat industri cenderung fluktuatif, namun seiring dengan berbagai program stimulus dari pemerintah, kami tetap membidik pertumbuhan positif hingga akhir tahun ini,” lanjut Adi.
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit secara industri masih sebesar single digit, yakni 7,56% secara tahunan (YoY).
Baca Juga: Kredit Menganggur di Bank Masih Numpuk Didominasi Kredit Modal Kerja
Kondisi ini mengakibatkan fasilitas pinjaman yang belum dicairkan masih cukup besar, tecermin dari rasio undisbursed loan atau kredit menganggur pada Agustus 2025 yang mencapai Rp 2.372,11 triliun atau 22,71% dari plafon kredit yang tersedia.
Asal tahu saja, kredit modal kerja dicatat masih mengalami kelesuan hingga bulan Agustus ini. Rasio undisbursed loan terbesar terutama pada sektor Industri, Pertambangan, Jasa Dunia Usaha, dan Perdagangan, dengan jenis kredit modal kerja.
BI bilang, bahwa dari sisi permintaan, belum kuatnya perkembangan kredit ini dipengaruhi oleh sikap menunggu pelaku usaha (wait and see), suku bunga kredit yang masih tinggi, dan lebih besarnya pemanfaatan dana internal untuk pembiayaan usahanya.
Selanjutnya: Produksi Rokok Turun, Kajian UB Ungkap Cukai Tinggi Picu Pergeseran ke Rokok Ilegal
Menarik Dibaca: Rayakan HUT Ke-80, KAI Hadirkan E-Sport Center di Stasiun Gambir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News