kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PPKM bikin fungsi intermediasi perbankan melandai pada Juli 2021


Senin, 30 Agustus 2021 / 19:07 WIB
PPKM bikin fungsi intermediasi perbankan melandai pada Juli 2021
ILUSTRASI. Petugas melayani nasabah di kantor cabang Bank Mandiri, Bintaro, Tangerang Selatan.?(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fungsi intermediasi perbankan sedikit melandai pada Juli 2021 seiring dengan implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Bila pada Juni 2021, kredit perbankan tumbuh 0,59% year on year (yoy) menjadi Rp 5.582 triliun, di Juli 2020 hanya naik 0,5% yoy menjadi Rp 5.563,7 triliun. 

“Kita tahu ini karena mobilitas yang terkendala karena PPKM kemarin menimbulkan breakdown pertumbuhan kredit. Kalau dilihat, kelompok bank yang memberikan kredit adalah BUMN dan BPD. Sedangkan kelompok bank asing menurun, ini akan terus kami monitor,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso secara virtual, Senin (30/8). 

Padahal likuiditas di perbankan tetap tambun, terlihat dari uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 8,9% yoy menjadi Rp 7.149,2 triliun. Sedangkan uang beredar dalam arti sempit (M1) tumbuh 14,9% yoy per Juli 2021.

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Aestika Oryza Gunarto menyatakan hingga akhir Juli 2021 tercatat rasio intermediasi makroprudensial (RIM) BRI sebesar 79,39%. Ia mengaku RIM tersebut tercatat melandai sejak kuartal II, seiring dengan adanya gelombang kedua pandemi serta penerapan PPKM. 

Baca Juga: Antisipasi bank digital hanya gimmick untuk kerek saham, OJK akan buat sistem asesmen

“Namun BRI optimistis dapat membalikkan kondisi agar penyaluran kredit kembali meningkat, strateginya ada dua. Pertama, membangun ketahanan terhadap kesehatan. Salah satu upaya konkret BRI adalah membantu program vaksinasi pemerintah,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pekan lalu.

Ia menambahkan, BRI telah melakukan program Vaksinasi Gotong Royong untuk karyawan dan keluarga pekerja. Selain itu BRI ikut membantu program vaksinasi di daerah terluar, terpencil dan terjauh bahkan dengan memanfaatkan Teras Kapal BRI. Dengan gencarnya program vaksinasi tentu BRI berharap segera tercipta herd immunity.

“Kedua, BRI terus memacu pertumbuhan kredit secara selektif. Tantangan dalam menghadapi krisis akibat pandemi di dunia perbankan adalah menumbuhkan kredit. Mengingat permintaan kredit yang masih terbatas, dikarenakan daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga yang belum sepenuhnya pulih,” tambahnya. 

Ia menyebut BRI telah memetakan sektor-sektor strategis terkait UMKM yang bisa memutar laju ekonomi setelah menyerap kredit. sektor-sektor tersebut adalah manufaktur, pertanian, kehutanan, perikanan, dan yang paling dominan adalah akomodasi serta makanan juga minuman. 

Sektor-sektor tersebut itu memiliki kontribusi yang besar terhadap PDB, serta penyerapan tenaga kerja.

Adapun Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan Bank Mandiri siap mendukung berbagai inisiatif program pemulihan ekonomi dari dampak pandemi, termasuk melalui fungsi intermediasi perbankan. Tujuannya untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang telah membaik pada triwulan II 2021. 

“Bank Mandiri saat ini telah membangun ruang likuiditas yang sangat cukup untuk mendorong penyaluran pembiayaan perseroan. Hal ini tercermin dari posisi RIM Bank Mandiri yang terjaga stabil di level 82,6% (bank only) per Juni 2021 lalu,” ujar Rudi kepada Kontan.co.id.

Ia melanjutkan, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit secara bank only 6,67% yoy menjadi Rp 805,2 triliun per Juni 2021. Bank Mandiri akan tetap mengupayakan penyaluran pembiayaan dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian kedepannya.

Juga menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang memiliki prospek seperti Telekomunikasi, Sawit dan CPO serta konstruksi infrastruktur yang mencatatkan kualitas terjaga hingga pertengahan tahun 2021.

Sedangkan Direktur Bank Central Asia (BCA) Vera Eve Lim menyatakan RIM bank di level 64,0% per Juni 2021. BCA mencermati permintaan kredit di sektor perbankan masih dalam proses pemulihan, sejalan dengan adanya pandemi Covid-19 dan kebijakan PPKM yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis. 

Baca Juga: OJK: Per Juli 2021, penyaluran kredit masih ditopang bank BUMN dan BPD

“Di sisi lain, total DPK BCA tercatat tumbuh 17,5% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 895,2 triliun. Hingga saat ini, kami masih melakukan melakukan monitoring secara intens terkait kondisi saat ini, khususnya di tengah situasi PPKM dalam rangka menekan laju penularan pandemi Covid-19 menuju pemulihan ekonomi nasional,” jelasnya kepada Kontan.co.id.. 

Ia menyatakan di tengah tantangan yang ada, perseroan tetap berharap bahwa geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit kembali seiring dengan pemulihan yang saat ini mulai berjalan. Langkah itu disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan. 

“Kami juga melihat bahwa pemerintah telah berupaya dengan sangat baik melalui program vaksinasi yang terus meningkat dan cepat, sehingga diharapkan dapat mengurangi dampak pandemi ini,” paparnya. 

Selanjutnya: Pertajam Kinerja, Bank Mandiri Terus Kembangkan Solusi Digital dan Pengembangan SDM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×