Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kinerja PT Asuransi Asei Indonesia kurang mentereng di semester pertama tahun ini. Pendapatan premi yang dikumpulkan perusahaan ini belum mencapai separuh dari target tahun ini.
Asal tahu saja, perusahaan asuransi umum ini menargetkan premi di sepanjang tahun ini sebesar Rp 960 miliar. Nah, hingga semester I 2015 lalu, perolehan premi Asei baru mencapai Rp 384 miliar. "Per semester I premi memang baru 40% dari target tahunan," ujar Eko Wari, Direktur Utama Asuransi Asei Indonesia.
Meski perolehan premi sulit belum sesuai harapan, Eko tak terlalu risau. Pasalnya, sesuai tren tahunan, pendapatan premi di semester pertama biasanya memang tak sekencang di semester kedua.
Dus, Eko pun optimistis, perolehan premi baru maupun renewal bakal meningkat di paruh kedua ini, terutama di kuartal terakhir. Diantara seluruh lini bisnis Asei, kontribusi asuransi properti paling tinggi diantara yang lain. Dari total keseluruhan premi sampai Juni 2015, sekitar 60% atau lebih dari Rp 220 miliar berasal dari asuransi properti. Hingga pengujung Desember nanti, Eko bilang, porsi premi dari asuransi properti masih bisa bertahan sebagai kontributor utama.
Sebab meski secara makro, ekonomi di dalam negeri masih loyo, namun pembangunan properti masih bertumbuh. Selain dari properti, sumbangan cukup besar juga berasal dari produk-produk asuransi uang (wesel, cek, bank notes).
Dari lini bisnis tersebut, porsinya mencapai 20% dari total premi yang Asei kantongi. Dari sisi jalur distribusi, Asei berencana mengembangkan kanal distribusi keagenan. Sehingga, kontribusi premi dari jalur ini semakin membesar setiap tahunnya. Salah satu alasan perusahaan ini menggenjot distribusi melalui keagenan terkait dengan efisiensi.
Lalu, karakteristik agen juga lebih menguntungkan ketimbang kanal distribusi lain. "Agen itu kan lebih loyal kepada perusahaan ketimbang yang lain seperti broker misalnya," jelas Eko. Saat ini, sumbangan premi dari jalur agensi baru 20% dari seluruh pendapatan premi atau sekitar Rp 77 miliar.
Sedangkan, pendapatan premi dari jalur distribusi brokerage cukup besar yakni 70% dan sisanya bancassurance. "Kami berharap porsi agen bisa naik minimal 15% dari yang ada saat ini," imbuh Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News