Reporter: Feri Kristianto |
JAKARTA. Kekhawatiran bahwa premi industri asuransi asuransi umum akan tertekan karena aturan uang muka atau down payment (DP) kredit kendaraan bermotor ternyata tidak terbukti. Beberapa perusahaan asuransi umum menunjukkan pertumbuhan premi bruto cukup lumayan pada kuartal ketiga tahun ini (lihat tabel).
Menurut Reniwati Darmakusumah, Direktur Pemasaran Asuransi Bintang, kunci pertumbuhan premi adalah strategi menggenjot pasar ritel. Tahun ini, Asuransi Bintang menggenjot penjualan produk asuransi kendaraan bermotor serta asuransi varia. Mereka bekerjasama dengan multifinance.
Alhasil meski ada aturan uang muka, perolehan premi asuransi kendaraan bermotor tumbuh 23,05% menjadi Rp 44 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 36 miliar. Asuransi kendaraan berkontribusi 28,1% terhadap total premi.
Sementara, asuransi properti menyumbang 37,2%, asuransi aneka 16,7%, pengangkutan 7,2%, asuransi dan rekayasa 9,9%. "Ritel sangat membantu perolehan premi," ungkap Reni, Selasa (6/10).
Slamet Solikhun, Direktur Pemasaran Asuransi Jasa Tania, menjelaskan penopang pertumbuhan premi adalah produk asuransi kecelakaan diri. Hingga akhir September lalu, produk ini mengumpulkan premi Rp 57 miliar, tumbuh 507,4% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 9,4 miliar. Jumlah itu menjadikan asuransi kecelakaan dan kesehatan berkontribusi terbesar kedua terhadap total premi, mencapai 27,2%.
Asuransi properti masih menjadi penyumbang premi terbesar, mencapai 34,9%. Sementara, kontribusi asuransi kendaraan bermotor 14,7%, marine cargo 7,1%, engineering 10,2%. Sisanya dari asuransi pesawat terbang, satelit, surety bond, dan asuransi aneka. "Kami mengoptimalkan potensi bisnis asuransi kecelakaan yang sangat besar," tandas Solikhun.
Kebijakan membidik segmen asuransi kecelakaan dan kesehatan karena persaingan di segmen ritel sudah semakin kencang. Banyak asuransi umum juga membidik asuransi kendaraan bermotor yang merupakan salah satu andalan ritel.
Namun dengan adanya kebijakan uang muka kredit, Jasa Tania mengalihkan bidikan terhadap asuransi kecelakaan dan kesehatan. Selain asuransi kecelakaan dan kesehatan, Jasa Tania menggenjot asuransi marine cargo. Hasilnya, asuransi jenis ini tumbuh 87,5% menjadi Rp 15 miliar dari sebelumnya Rp 8 miliar.
Optimistis di kuartal IV
Dengan pencapaian itu, manajemen perasuransian meyakini, pengumpulan premi bakal terus meningkat pada kuartal akhir. "Kami optimistis, dengan hasil di kuartal III, kuartal IV bisa lebih baik," kata Slamet.
Alasannya, kinerja industri secara umum menjelang tutup tahun selalu meningkat. Mereka biasanya menggenjot kinerja demi mencapai target setahun.
Di industri kendaraan bermotor misalnya, penjualan sepeda motor mungkin masih melambat karena pengaruh aturan uang muka. Tapi permintaan mobil bakal semakin banyak.
Termasuk juga di sektor properti, penjualan rumah dan apartemen baru diperkirakan masih terus tumbuh. Dengan demikian, permintaan asuransi properti dan kebakaran masih bisa naik. "Krisis global memang membuat kami khawatir, tapi dengan strategi menyasar pasar ritel, target pasti bisa terpenuhi," terang Reniwati.
Kinerja perasuransian juga bakal tertolong kondisi pasar saham. Banyak analis memperkirakan, indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa melewati angka 4.500 pada akhir tahun ini. Hal ini akan mengerek hasil investasi perusahaan asuransi. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News