Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sejak awal tahun hingga Oktober 2019 telah 9 kali menerbitkan Surat Berharga Negara ( SBN) ritel. Adapun hingga akhir tahun, pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan menerbitkan 10 SBN ritel dengan seri terakhir ST-006 yang akan ditawarkan perdana November nanti.
Pihak perbankan mengatakan, tingginya frekuensi penerbitan surat berharga pemerintah dengan bunga yang kompetitif memicu terjadinya perebutan dana di pasar keuangan dan membuat likuiditas menjadi ketat.
Bahkan, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (KOMPAS100: BBCA) mengatakan ketika pemerintah menerbitkan SBN ritel, hampir 30% dana pihak ketiga (DPK) bank swasta terbesar di Indonesia tersebut tersedot masuk ke SBN.
Baca Juga: Realisasi investasi langsung moncer di kuartal III 2019, ini catatan ekonom BCA
"Kalau untuk surat berharga memang betul tiap kali ada keluaran ritel pasti kami bahas. Tetapi kami sendiri mendukung, bahkan kami sudah luncurkan sebuah apps yang sangat mudah dengan Rp 2 juta sudah bisa ikut berinvestasi ke SBN," ujar dia di depan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur BI Perry Warjiyo dan Kepala Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Baca Juga: Beda Nasib BMRI dengan BBCA dan BBNI di Kredit Korporasi
Sampai kuartal III-2019, total DPK BCA tumbuh sebesar 10,4% menjadi 683,1 triliun. Dari total tersebut, kontribusi dana murah atau current account saving account/CASA (tabungan dan giro) mencapai 75,2%. Sedangkan CASA sendiri tumbuh 7,6% menjadi 513,9 triliun.
Sri Mulyani sebelumnya sempat mengatakan, saat dirinya jor-joran menerbitkan SBN ritel, memang terdapat pimpinan perbankan yang mencoleknya, termasuk Jahja. Pasalnya, yang dia harapkan adalah adanya peralihan dana dari orang-orang yang tadinya berinvestasi di sektor riil seperti emas dan tanah ke SBN. Peralihan yang terjadi bukan hanya dari investor yang menanamkan dananya di deposito.
Baca Juga: Pertumbuhan KPR BBCA dan BTN Melambat, BBRI dan Bank BNI Melesat
"Memang sempat waktu kami keluarkan banyak sekali SBN ritel, saya dapat SMS dari Pak Jahja, 'Bu kenapa Ibu keluarin?'" ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani pun memaparkan, dengan diterbitkan SBN ritel yang ditawarkan dalam nominal kecil bisa membuat pilihan instrumen investasi masyarakat menjadi lebih beragam.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menginginkan agar kesadaran untuk berinvestasi di dalam negeri kian meningkat. "Surat berharga masih sagat attractive, dengan peringkat surat utang kita yang investment grade, tingkat inflasi yang rendah, serta pertumbuhan ekonomi yang resillience, Indonesia tetap jadi negara tujuan investasi," ujar dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bos BCA Sebut 30 Persen Dananya Tersedot SBN Ritel"
Penulis : Mutia Fauzia
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News