Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri asuransi digital atau insurtech dinilai memiliki prospek pertumbuhan yang menjanjikan seiring meningkatnya adopsi teknologi, perubahan gaya hidup masyarakat, serta dukungan regulator terhadap digitalisasi di sektor keuangan.
Pengamat asuransi Irvan Rahardjo menyampaikan, prospek insurtech di Indonesia tahun 2025 sangat positif.
"Prospek insurtech di tahun 2025 sangat positif, terutama dengan adanya pertumbuhan pasar global dan peningkatan adopsi teknologi digital,” ujar Irvan kepada Kontan.co.id, Minggu (4/5).
Baca Juga: Simas Insurtech Targetkan Pendapatan Premi Rp 5 Triliun pada 2025
Hal ini didorong oleh tiga faktor utama: percepatan digitalisasi, meningkatnya kesadaran masyarakat pasca-pandemi, serta inovasi teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan big data.
"Digitalisasi memungkinkan perusahaan asuransi meningkatkan efisiensi, menekan biaya operasional, dan memberikan pengalaman pelanggan yang lebih baik," ujar Irvan.
Irvan menambahkan, segmen asuransi kesehatan dan asuransi mikro memiliki potensi besar di kanal digital karena dapat menjangkau masyarakat yang selama ini belum terlayani asuransi konvensional.
Meski begitu, tantangan seperti rendahnya literasi asuransi dan regulasi yang ketat masih perlu diatasi.
Baca Juga: Premi Asuransi pada Kanal Digital Simas Insurtech Naik 75% per Januari 2025
Senada, PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) juga optimistis terhadap prospek industri insurtech di Indonesia.
Direktur Keuangan YOII Randy Tandra menilai, perkembangan gaya hidup digital masyarakat membuka banyak ruang untuk pertumbuhan.
"Segmen potensial yang bisa dikembangkan antara lain asuransi olahraga, pendidikan, hingga hewan peliharaan—semuanya terkait erat dengan kebiasaan konsumen masa kini," kata Randy, Rabu (30/4).
Menurut Randy, kinerja asuransi digital turut didukung oleh pertumbuhan ekonomi domestik, kemajuan teknologi, serta dukungan regulator dalam mendorong literasi asuransi.
Sepanjang kuartal I-2025, YOII mencatat pertumbuhan premi sebesar Rp 110 miliar, naik 162% secara tahunan (YoY) dari Rp 42 miliar pada periode sama tahun lalu.
Asuransi perjalanan menjadi kontributor utama dengan porsi 50%–60% dari total premi, disusul oleh asuransi mikro yang dipasarkan lewat kerja sama dengan platform dompet digital (e-wallet).
Baca Juga: Yakin Insurtech Tumbuh Positif, Simak Strategi Asuransi Digital Bersama (YOII)
YOII menargetkan total pendapatan premi sebesar Rp 420 miliar hingga Rp 430 miliar di sepanjang 2025.
Sementara itu, PT Asuransi Simas Insurtech juga melihat peluang insurtech masih sangat menjanjikan.
Direktur Utama Simas Insurtech Teguh Aria Djana menyebutkan bahwa lini digital masih ditopang oleh kolaborasi dengan sektor-sektor berbasis teknologi.
"Pada kuartal I-2025, produk asuransi kredit melalui kerja sama dengan fintech masih menjadi penopang utama. Selain itu, sektor marketplace dan online travel agency juga turut menyumbang pertumbuhan," ujar Teguh.
Ke depan, Simas Insurtech optimistis potensi pasar masih besar, terutama dari konsep embedded insurance—produk asuransi yang terintegrasi langsung dengan barang atau jasa yang dipasarkan di platform digital.
Sepanjang kuartal I-2025, Simas Insurtech mencatat pendapatan premi bruto sebesar Rp 1,5 triliun, tumbuh 40% secara tahunan.
Selanjutnya: BPS: Kontribusi Investasi ke Pertumbuhan Ekonomi Terus Menurun
Menarik Dibaca: Titik Lokasi Orb Aplikasi World Tutup Setelah Dibekukan Komdigi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News