kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pusat belanja sepi, bank pilih hati-hati di kredit properti komersial


Rabu, 21 Februari 2018 / 12:04 WIB
Pusat belanja sepi, bank pilih hati-hati di kredit properti komersial
ILUSTRASI. Pekerja Membersihkan Kaca di Area Pusat Perbelanjaan


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank mengantisipasi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di sektor properti komersial pada tahun ini. Maklum, tingkat keterisian properti komersial menurun.

Riset Jones Lang LaSalle mencatat, tingkat hunian pusat belanja Jakarta akhir 2017 sekitar 89%. Angka ini lebih rendah ketimbang pencatatan 2012 hingga 2016 yang selalu di atas 90%. Itu mengindikasikan pelemahan bisnis yang akan diiringi dengan risiko kredit yang tinggi

Haryono Tjahjarijadi, Presiden Direktur Bank Mayapada mengakui bisnis ritel di mal beberapa tahun terakhir sepi karena perubahan gaya hidup masyarakat. Namun banyak pengelola mal yang sudah melakukan renovasi dan melakukan perubahan ke arah yang bisa terukur untuk mengikuti tren.

Bank Mayapada sendiri akan terus melakukan koordinasi dan menjaga debitur agar bisa memenuhi kewajibannya membayar utang. Sebab, saat ini kredit properti ke ruko, hotel dan mal menyumbang 10%-11% dari total kredit Bank Mayapada. Sampai kuartal III-2017, realisasi kredit Bank Mayapada sebesar Rp 53,5 triliun. Rasio NPL properti Bank Mayapada pada 2017 lalu sebesar 1%.

Nixon Napitupulu, Direktur Bank Tabungan Negara (BTN) mengatakan, BTN tidak memiliki eksposur kredit besar ke properti komersial. BTN hanya membiayai mal yang menyatu dengan apartemen. Pun untuk kredit pertokoan sebagian besar menyatu dengan perumahan.

Sebagai gambaran, secara industri hingga November 2017, ada dua segmen properti yang mempunyai NPL cukup tinggi. Pertama, apartemen dengan tipe sampai 21 meter persegi dengan 5,98%. Kedua, NPL kredit pemilikan ruko atau rukan sebesar 4,5%..

PT Bank Permata Tbk juga mengaku tak banyak masuk ke pembiayaan properti komersial seperti hotel dan ruko. Bianto Surodjo, Direktur Retail Banking Bank Permata mengatakan, saat ini eksposur terbesar Bank Permata di kredit properti adalah kredit pemilikan rumah (KPR). Rasio NPL KPR Bank Permata tercatat 1,3% pada akhir tahun 2017. NPL tersebut turun dari 1.7% di tahun 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×