Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) di Bank Negara Indonesia (BNI) masih tinggi. Hingga akhir Februari lalu, NPL KUR BNI masih di level 5%.
Menurut Bambang Kuncoro, Kepala Divisi Komersial dan UKM BNI, penyebab utamanya sebetulnya adalah persoalan klasik, yakni usaha mikro yang mendominasi KUR selalu memiliki risiko usaha tinggi. "Belum lagi proses pembayaran klaim asuransi KUR oleh penjamin kredit Askrindo dan Jamkrindo yang biasanya belum tuntas," kata Bambang, saat dihubungi KONTAN, Kamis, (24/4).
Namun Bambang membantah kedua perusahaan tersebut sengaja mengulur-ulur keterlambatan pembayaran klaim asuransi KUR. Sebab seringkali terjadi klaim asuransi dari sebuah kredit sudah tuntas dibayarkan, namun muncul kasus kredit macet yang lain dalam KUR. "Ini membuat penurunan NPL KUR belum bisa maksimal," pungkas Bambang.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian per Februari lalu, total KUR yang telah disalurkan mencapai Rp 14,18 triliun. Tumbuh 27,06% dibanding Februari 2013 sebesar Rp 11,16 triliun. NPL KUR di bulan Februari lalu juga berhasil diturunkan dibanding bulan Februari 2013 yang mencapai 8%.
Jumlah debitur KUR BNI juga meningkat dari 163.865 debitur di Februari 2013 menjadi 203.685 debitur di bulan Februari 2014. Rata-rata KUR dipinjamkan kepada tiap debitur juga meningkat dari Rp 68,2 juta/debitur di Februari 2013 menjadi Rp 69,6 juta/debitur di Februari 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News