kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.568.000   13.000   0,84%
  • USD/IDR 16.190   15,00   0,09%
  • IDX 7.089   24,28   0,34%
  • KOMPAS100 1.050   2,99   0,29%
  • LQ45 820   -0,96   -0,12%
  • ISSI 212   2,00   0,95%
  • IDX30 421   -0,80   -0,19%
  • IDXHIDIV20 504   -0,45   -0,09%
  • IDX80 120   0,40   0,33%
  • IDXV30 124   0,56   0,46%
  • IDXQ30 139   -0,48   -0,34%

Rasio NPF bank syariah mendekati 5%


Kamis, 17 September 2015 / 11:13 WIB
Rasio NPF bank syariah mendekati 5%


Reporter: Dea Chadiza Syafina, Galvan Yudistira | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) pada industri perbankan syariah kian mengkhawatirkan. Per Juni 2015, NPF perbankan berlabel halal itu menembus posisi 4,73%, atau kian mendekati ambang batas normal di level 5%.

Secara nominal, NPF bank syariah itu sebar Rp 9,7 triliun. Merujuk data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), NPF itu naik 83 basis poin dibandingkan periode sama 2014 yang sebesar 3,90%. Dihitung sejak akhir 2014, kenaikan NPF mencapai 40 basis poin.

Sektor non usaha kecil dan menengah (UKM) menyumbang kontribusi pembiayaan non lancar sebesar 57%. Sisanya adalah sektor UKM.

Berdasarkan penggunaan, pembiayaan modal kerja menempati urutan teratas dengan kontribusi 50,20%. Posisi kedua ditempati pembiayaan investasi sebesar 25,87%. Selanjutnya disumbang dari pembiayaan sektor konsumsi yang mencapai 23,81%.

Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulya Siregar meyakini sampai akhir 2015 NPF perbankan syariah akan tetap berada di bawah 5%. Sebab, restrukturisasi pembiayaan dua penguasa pangsa pasar kredit syariah, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat akan selesai tahun ini.

Jika dihitung, dua bank itu menguasai hampir 50% pembiayaan syariah. Perlu dicatat, hingga Juni 2015, BSM mencatatkan NPF gross 6,67%.

“Perlambatan ekonomi menyebabkan perlambatan kredit, sehingga NPF naik,” tandas Mulya.

Direktur Keuangan dan Strategi BSM, Agus Dwi Handaya menegaskan, BSM terus berupaya mempercepat proses lelang agunan pembiayaan bermasalah. Target nilai penyelesaian pembiayaan bermasalah BSM hingga akhir 2015 mencapai Rp 400 miliar.

Sementara BNI Syariah menyatakan tidak akan terlampau agresif mengejar pertumbuhan hingga tahun 2016 mendatang. "Kalau tidak mengerem pembiayaan, kami khawatir pembiayaan akan jatuh lagi dan NPF akan lebih besar," kata Dinno Indiano, Direktur Utama BNI Syariah.

Dinno menyatakan, yang juga perlu dilakukan perbankan syariah saat ini adalah efisiensi dan menambah layanan. Hingga Juni 2015, NPF BNI Syariah tercatat sebesar 2,8%. "Hingga akhir tahun ini, NPF maksimal di bawah 3%," imbuh Dinno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×