Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pertumbuhan perbankan syariah dinilai masih belum maksimal. Direktur Unit Usaha Syariah PT Bank Permata Tbk, Achmad K. Permana mengatakan, perbankan syariah memerlukan produk yang dapat menarik minat debitur berkualitas sehingga pembiayaan dapat tumbuh dengan baik dan rasio pembiayaan bermasalah bisa ditekan.
Saat ini, kata Permana, industri perbankan syariah belum bisa menggarap kelompok debitur yang berkualitas baik dan tahan terhadap gejolak ekonomi. Ini disebabkan para calon debitur yang masuk kategori grade A biasanya meminta produk advance, di mana bank-bank syariah belum bisa memenuhinya.
"Produk-produk yang mereka minta itu semua bank syariah belum bisa memenuhi, seperti transaksi forward dan hedging. Fatwanya baru saja di keluar," ucap Permana belum lama ini.
Lebih lanjut, kata Permana, saat ini perbankan syariah tidak bisa menyalurkan pembiayaan tanpa underlying yang jelas. Padahal, calon debitur grade A menginginkan syarat pembiayaan yang tidak rumit. Begitu juga dengan imbal bagi hasil yang baru bisa ditentukan setelah diketahui laba yang dihasilkan debitur setiap bulan.
Hal ini membuat debitur dengan kualitas baik enggan untuk melirik perbankan syariah sebagai mitra usahanya. Selain itu, biaya dana alias cost of fund perbankan syariah masih relatif tinggi akibat belum banyaknya dana murah, baik dari masyarakat atau pun dari pemerintah yang masuk ke perbankan syariah.
Hal ini lantaran masih kurangnya infrastruktur jaringan seperti mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang dimiliki bank syariah. Masih relatif tingginya biaya dana ini menyebabkan pembiayaan bank syariah memiliki harga yang tinggi.
"Biasanya debitur yang mau membayar imbal hasil yang tinggi, tidak termasuk kategori bagus. Mungkin bagus, tapi lebih rentan terhadap situasi ekonomi," jelasnya.
Oleh sebab itu, menurut Permana, industri perbankan syariah saat ini harus memikirkan bagaimana pricing pembiayaan bisa kompetitif dengan bank konvensional serta proses untuk bisa mendapatkan pembiayaan di bank syariah tidak perlu melewati proses yang rumit. Selain itu, kata Permana, perlu adanya inovasi produk yang bisa diciptakan oleh industri dan Dewan Syariah Nasional (DSN).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News