kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Regulator sebut penurunan bunga kredit lambat, ini jawaban bankir


Jumat, 18 Juni 2021 / 12:53 WIB
Regulator sebut penurunan bunga kredit lambat, ini jawaban bankir
ILUSTRASI. Antrean nasabah di kantor cabang BRI, Tangerang Selatan, Jumat (23/10/2020). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat respon penurunan suku bunga perbankan terhadap bunga acuan masih terbatas hingga April 2021. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan baru turun 177 basis poin (bps) menjadi 8,87% dari periode yang sama tahun lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penurunan SBDK masih terbatas yang didorong oleh peningkatan kembali komponen margin keuntungan di tengah turunnya  harga pokok dana untuk kredit. "Peningkatan kembali komponen margin keuntungan itu terutama  terjadi pada kelompok bank umum swasta nasional," ungkapnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Kamis (17/6).

Di samping itu, premi risiko perbankan cenderung meningkat yang mengindikasikan masih tingginya persepsi risiko perbankan terhadap dunia usaha. Sejalan dengan itu, suku bunga kredit baru pada April 2021 meningkat, khususnya pada kelompok Bank Pembangunan daerah (BPD), bank BUMN, dan Bank Umum Swasta Nasioanal (BUSN). 

Baca Juga: Promosi green energy, menabung di Bank Sinarmas gratis solar panel

BI berharap perbankan bisa terus melakukan penyesuaian suku bunga kredit sebagai bagian dari upaya bersama untuk mendorong kredit kepada dunia usaha. Perry bilang, pihaknya akan terus memperkuat  kebijakan transparansi SBDK perbankan serta koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas.

Pada kesempatan tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan level 3,5%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga terus mendorong penurunan bunga kredit perbankan sejalan dengan tren suku bunga acuan BI tersebut.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menjelaskan, lambatnya penurunan bunga kredit sebetulnya sejalan dengan restrukturisasi kredit  kepada debitur terdampak Covid-19 yang dilakukan perbankan. Per April 2021, outstanding restrukturisasi mencapai Rp 775 triliun. 

"Sebagian besar dari restrukturisasi ini, riilnya memang dilakukan dengan skema penundaan pembayaran bunga yang membuat beban bank besar. Beban ini yang membuat percepatan penurunan suku bunga tidak secepat penurunan BI rate," jelas Wimboh.

Baca Juga: Waspada pinjol ilegal! ini daftar 125 fintech lending yang terdaftar dan berizin OJK

Namun, restrukturisasi kredit ini sudah semakin melandai dari sebelumnya mencapai Rp 900 triliun. Itu berarti, lanjut Wimboh,  sebagian debitur sudah kembali normal menjalankan kewajibannya untuk bayar angsuran. 

Sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengklaim telah menurunkan bunga kredit cukup besar. Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, SBDK untuk seluruh segmen (Korporasi, Ritel, Mikro, KPR dan non-KPR) telah diturunkan 150 bps - 325 bps sejak 28 Februari 2021. 

"Penurunan dilakukan untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Saat ini SBDK BRI untuk segmen ritel sebesar 8,25% dan untuk segmen mikro 14%," ungkapnya. 

Adapun pada tahun 2020, kata Aestika, BRI telah pangkas suku bunga secara umum sekitar 75 bps – 150 bps. Bahkan khusus untuk restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antara 300 bps – 500 bps.

Aestika mengatakan, BRI akan melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang untuk penurunan suku bunga kredit. Tahun ini, perseroan memperkirakan akan ada penurunan bunga kredit sekitar 25 bps dengan mengikuti proyeksi penurunan suku bunga pasar.

Dia menjelaskan, SBDK itu dibentuk melalui beberapa variabel, antara lain HPDK (Harga Pokok Dana Kredit), biaya overhead, dan marjin. Spread SBDK dengan suku bunga deposito  didominasi oleh komponen OHC (Overhead Cost).

Baca Juga: Bank Mandiri salurkan kredit Rp 3,13 triliun kepada sektor EBT hingga kuartal I

"BRI akan terus mengupayakan penurunan OHC dengan efisiensi dan digitalisasi bisnis proses dalam penyaluran kredit," ujarnya. 

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga mengaku telah memangkas bunga kredit sepanjang tahun ini. Bunga KPR/KPR disebut telah turun 0,65%,  kredit komersial baik untuk konstruksi maupun investasi turun sekitar 1,25%.

Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN mengatakan, ke depan, BTN juga berencana melakukan penurunan suku bunga untuk Kredit Konstruksi (KYG), Kredit Pemilikan Lahan (KPL), dan Kredit Modal Kerja (KMK) Kontraktor UMKM dalam rangka mendorong peningkatan supply side pada industri perumahan dengan kisaran penurunan bunga 0.50% sd 1,00%.

Selanjutnya: Penyaluran kredit perbankan hingga Mei 2021 menunjukkan perbaikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×