Reporter: Roy Franedya | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Niatan Bank Andara mencari dana melalui right issue (penerbitan saham baru) untuk memenuhi aturan modal minimum Bank Indonesia (BI) tinggal selangkah lagi. Saat ini modal minimum Bank Andara mencapai Rp 97 miliar, tinggal Rp 3 miliar dari aturan modal minimum yang sebesar Rp 100 miliar.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 9/16/PBI/2007 tentang jumlah modal inti minimum bank umum sebesar Rp 100 miliar, modal tersebut harus dipenuhi paling lambat 31 Desember 2010. Jika tidak, bank tersebut akan di downgrade menjadi Bank Perkreditan Rakyat.
Direktur Utama Bank Andara Paulus Wiranata mengatakan, bila tidak ada hambatan Bank Andara bisa melakukan right issue bulan depan (Juli). Saat ini Bank Andara tengah menunggu surat-surat beres dari Departemen Hukum dan HAM," Mudah-mudahan kami bisa meraup dana sebesar Rp 40 miliar," ujarnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Paulus mengatakan, pasca right issue Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW) akan menjadi pemegang saham baru di Bank Andara. Grup bank asal Jerman ini nantinya akan menguasai 15% saham di Bank Andara. "Dari segi pemegang saham pengendali tidak akan banyak berubah," tambahnya. KfW sendiri sudah menyiapkan dana sebesar € 3 juta. Nilai ini setara Rp 36,3 miliar (€ 1 setara Rp 12.000).
Pemegang saham Bank Andara saat ini adalah Mercy Corps sebesar 40,16%, International Finance Corporation (IFC) sebesar 19,9%, Stichting Hivos-Triodos Fund (HTF) 17,45%, dan Catholic Organization for Relief and Development Aid (Cordaid) sekitar 10,6%.
Diantara para pemegang saham tersebut hanya IFC yang tidak ingin saham miliknya terdilusi. IFC akan menambah kepemilikan di Andara tetap 19,9% pasca akuisisi nanti. IFC telah menyiapkan dana sekitar Rp 10 miliar.
Paulus menambahkan, kedepannya Bank Andara akan fokus pada bisnis wholesale banking alias kredit korporasi. Andara menyalurkan kredit korporasi ke lembaga keuangan mikro (LKM), seperti ke bank perkreditan rakyat (BPR) melalui program kredit channeling (kredit Penerusan). "Saat ini kredit yang sudah kami salurkan Rp 250 miliar, tahun ini targetnya bisa mencapai lebih dari Rp 300 miliar," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News