kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Risiko tinggi, perbankan masih getol berburu dana anorganik


Rabu, 18 Maret 2020 / 06:51 WIB
Risiko tinggi, perbankan masih getol berburu dana anorganik
ILUSTRASI. Ilustrasi ATM CIMB Niaga


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Di tengah merebaknya virus corona yang menyeret permintaan kredit perbankan, ternyata sejumlah bank tetap menjalankan aksi mencari pendanaan secara anorganik dengan menerbitkan instrumen surat utang. Risiko tinggi yang menghantui tak membuat perbankan gentar.

Lihat saja, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) yang mulai Kamis (19/3) akan menawarkan Sukuk Mudaharabah Berkelanjutan I Tahap III senilai Rp 1 triliun. Ini merupakan aksi lanjutan dari penerbitan Sukuk Mudaharabah Berkelanjutan I dengan target penghimpunan Rp 4 triliun.

Untuk penerbitan tahap I telah dilakukan pada 2018 senilai Rp 1 triliun. Kemudian tahap II sudah diluncurkan pada tahun lalu dengan nilai  Rp 2 triliun.

Baca Juga: Penuhi PSAK 71, BNI Multifinance mencadangkan dana senilai Rp 25 miliar

Adapun dalam penerbitan tahap III ini akan dilakukan perbankan ini dengan merilis tiga seri. Seri A senilai Rp 322 miliar dengan indikasi bagi hasil 5,80% dan tenor 370 hari.

Seri B senilai Rp 287 miliar dengan indikasi bagi hasil 7,00% dan tenor tiga tahun, serta Seri C senilai Rp 391 miliar dengan indikasi bagi hasil 7,25% dan tenor lima tahun. Imbal bagi hasil akan dibayarkan tiap triwulan.

Dana hasil penerbitan ini sendiri sepenuhnya akan digunakan untuk ekspansi pembiayaan unit usaha syariah (UUS) CIMB Niaga.

Tak cukup menerbitkan sukuk konvensional, Direktur Bisnis Syariah Bank CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara bilang saat ini perseroan juga tengah menyiapkan penerbitan sukuk SDG (sustainable green development). Targetnya, sukuk ini akan mulai ditawarkan Juni 2020 dan dapat menghimpun dana hingga Rp 4 triliun selama tiga tahun secara bertahap.

“Pembeli siaganya saat ini sudah ada, namun belum bisa kami sampaikan karena saat ini dokumen-dokumen terkait masih disusun,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (16/3).

Baca Juga: Menebak arah suku bunga BI saat wabah corona merebak di Indonesia

Pandji menjelaskan aksi perusahaan menghimpun dana anorganik jadi opsi alternatif untuk ekspansi di segmen syariah. Maklum, marjin pembiayaan bank syariah cenderung lebih tinggi dibandingkan bunga kredit bank konvensional.

Makanya, sukuk SDG ini juga bisa jadi solusi atas likuiditas UUS Bank CIMB Niaga yang cenderung ketat, meskipun diakui Pandji mulai terjadi pelonggaran kini. Per Desember 2019 lalu, rasio likuiditas UUS Bank CIMB Niaga tergolong ketat sebesar 100,51%.

“Karena ini produk baru, saat ini kami juga masih pilah-pilih aset yang akan dibiayai, karena mesti seusai dengan semangat SDG juga. Jika sukses, kami akan jadi bank syariah pertama di Indonesia yang menerbitkan suku SDG,” jelas Pandji.

Baca Juga: Antisipasi dampak corona, MTF siapkan pencadangan Rp 300 miliar di tahun ini

Selain Bank CIMB Niaga adapula PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) yang akan menawarkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap III senilai Rp 150 miliar mulai 24 Maret 2020 mendatang. Ini juga merupakan aksi lanjutan dari penerbitan dari target penghimpunan dana obligasi berkelanjutan II senilai total Rp 800 miliar.

Adapun pada 2019, tahap I telah diterbitkan senilai Rp 250 miliar, dan tahap II diterbitkan Rp 150 miliar. Artinya Bank Victoria masih punya sisa emisi senilai Rp 200 miliar.

Namun, untuk penerbitan Tahap III ini, Bank Victoria hanya menargetkan senilai Rp 150 miliar dengan tenor tujuh tahun dengan bunga 11,25% yang akan dibayarkan per triwulan.

Sementara itu ada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) yang juga masih memiliki jatah emisi Obligasi Berkelanjutan II senilai Rp 500 miliar. Corporate Secretary BJB Widi Hartoto mengaku perseroan tak akan tergesa-gesa menerbitkan sisa emisi instrumen utang tersebut.

Sebagai catatan, dari target penghimpunan dana obligasi berkelanjutan II Rp 1 triliun, tahap I penerbitan sudah dilakukan senilai Rp 500 miliar pada Februari lalu.

Baca Juga: Tangkal efek corona, Ekonom Bank Permata prediksi BI akan pangkas suku bunga 25 bps

“Kami masih memantau kondisi, khususnya terkait penyebaran virus corona. Sejauh ini memang belum ada perubahan, masih on schedule akan diterbitkan tahun ini. Kami akan terus pantau kondisinya,” katanya kepada Kontan.co.id.

Meski demikian, Widi bilang penerbitan akan tetap dilakukan tahun ini, setidaknya di akhir tahun. Ini sedikit mundur dari target BJB sebelumnya yang berencana bakal melakukan penerbitan di awal semester II.

Sebelumnya, Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi bilang sisa emisi Rp 500 miliar ini diperlukan perbankan ini untuk menggenjot target pertumbuhan kredit di kisaran 10-11%. Maklum pertumbuhan dana BJB tahun lalu cukup mini sebesar 2,1% (yoy). Sementara rasio likuiditasnya cenderung ketat di level 97,81%.

Baca Juga: Cegah penularan corona, BNI Life himbau nasabah gunakan BNI Life Mobile

Bank lainnya yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga punya rencana pendanaan anorganik serupa. Tak tanggung-tanggung setelah awal tahun lalu menerbitkan junior global bond Rp 4,2 triliun, bank dengan bisnis utama di segmen perumahan ini masih mengincar pendanaan anorganik Rp 4 triliun lagi.

Direktur Finance, Treasury & Strategy BTN Nixon Napitupulu bilang, BTN bahkan merencanakan alternatif penerbitan via sekuritisasi ritel. Niatnya lantaran investor institusional kini diakui Nixon cukup terbatas.

“Kemarin sudah pendanaan junior global bond Rp 4,2 triliun, nanti akan ada lagi sekuritisasi sebesar Rp 2 triliun masing-masing di semester I dan II. Kami sedang mencari manajer investasi yang punya investor ritel. Karena investor wholesale, sekarang juga terbatas," katanya kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Baca Juga: Perlambatan kredit tak berdampak signifikan terhadap pendapatan komisi BCA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×