kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Rupiah 14.500 per dollar, Bank BII masih aman


Senin, 24 Agustus 2015 / 19:55 WIB
Rupiah 14.500 per dollar, Bank BII masih aman


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan perbankan nasional memiliki daya tahan baik menghadapi gejolak nilai tukar rupiah hingga level Rp 14.000 per dollar AS. Namun, beberapa bank melakukan uji daya tahan sendiri lantaran kondisi rupiah sudah lebih buruk ketimbang batas uji tersebut.

Direktur Keuangan PT Bank Internasional Indonesia (BII) Tbk, Thilagavathy Nadason mengatakan, bank ini masih baik dengan pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp 14.500 per dollar AS. Dalam waktu dekat, dia bilang, BII akan melakukan stress test dengan skenario rupiah memburuk sampai Rp 16.000 per dollar AS. 

"Kesimpulannya, bisnis BII masih berjalan dengan baik karena kecukupan modal dan likuiditas dana cukup dengan skenario nilai tukar rupiah sampai Rp 14.500 per dollar AS. Sekarang kami akan stress test ulang karena pelemahan rupiah sudah melewati level 14.000," kata Thila di Jakarta, Senin (24/8).

Stress test dengan skenario nilai tukar rupiah yang melemah ke level Rp 16.000 per dollar AS ini, menurut Thila, dilakukan untuk penghitungan rasio kecukupan modal (CAR), likuiditas dana, serta meneropong rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) untuk tiga bulan ke depan. "Dengan skenario itu juga akan kami tambahkan kebutuhan seperti apa, untuk kemampuan bisnis," ucap Thila.

Dia menambahkan, transaksi dalam denominasi dollar AS saat ini sebagian besar dilakukan oleh korporasi besar, perusahaan BUMN dan juga bank BUMN. BII tidak terlalu khawatir dengan pelemahan kurs lantaran sebagain besar bisnis perusahaan dilakukan dengan denominasi rupiah.

"Saya tidak khawatir tetapi kami tetap akan melakukan stress test. Tapi yang lebih penting lagi agar semua masyarakat dan pengusaha tidak panik," kata Thila.

Sebab, menurut dia, kondisi tahun ini dengan 1998 sangat berbeda. Indonesia sedang tidak menuju ke krisis tersebut.

"Saran saya adalah masyarakat jangan panik dan jangan berasumsi karena tidak ada masalah yang berat. Saya sarankan juga belanja pemerintah dipercepat sehingga permintaan kredit bisa naik," jelas Thila.

Thila merinci, loan to funding ratio (LFR) valas BII berada di level 58%. Penyebabnya, kredit valas yang disalurkan perusahaan ini masih minim. BII memantau pertumbuhan kredit valas di level mini dengan hanya menyalurkan kredit valas kepada perusahaan yang memiliki pendapatan dan juga keuntungan dalam denominasi valas.

"Kami memantau pertumbuhan kredit valas dengan ketat dan hanya menyalurkan kredit valas kepada perusahaan yang memiliki kemampuan dan bisnis dalam valas. BII menyalurkan kredit valas kepada perusahaan yang menjalankan hedging (lindung nilai) natural. Kami berhati-hati dalam menyalurkan kredit valas karena kalau perusahaan berniat kredit valas hanya karena tingkat suku bunga kredit valas yang rendah, itu sangat berbahaya," ujar dia.

Catatan saja, hingga paruh pertama tahun 2015 ini, rasio kecukupan modal perbankan atau capital adequacy ratio atau CAR sebesar 20,28%, jauh di atas ketentuan minimum 8%. Sementara, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dalam hitungan nett hanya 1,25% dan NPL gross 2,45%. Dengan performa itu pula, OJK yakin daya tahan bank-bank Indonesia jauh lebih bagus ketimbang 1998.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×