Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akhirnya mendapat angin segar untuk mendapatkan suntikan dana atau Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 5,7 triliun di tahun 2023.
Sumber dana tersebut berasal dari cadangan pembiayaan investasi APBN Tahun Anggaran 2023 dan telah disetujui melalui Rapat Kinerja Komisi VI DPR RI bersama Menteri BUMN di Jakarta, Kamis (15/6).
Dua perusahaan yang menerima PMN tersebut di antaranya perusahaan asuransi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (persero) atau IFG sebesar Rp 3 triliun dan PT Reasuransi Indonesia Utama (persero) atau Indonesia Re sebesar Rp 1 triliun.
Baca Juga: Proyek KEK Mandalika Belum Efektif, BUMN Kembali Terlilit Utang
“PMN Alhamdulillah seperti yang direncanakan, kita masih ada kekurangan untuk bisa menyelesaikan seluruh polis yang sudah direstrukturisasi maupun yang direnegosiasi untuk dipindahkan semuanya ke IFG Life,” ujar Direktur Utama IFG, Hexana Tri Sasongko saat ditemui di Gedung DPR, Kamis (15/6).
Memang PMN yang dikucurkan kepada IFG ini dalam rangka penyelesaian pengalihan polis Jiwasraya. Hexana bilang ketika dana ini diturunkan maka semua polis sesuai polisnya bisa dipindahkan.
“Nanti masih ada satu lagi yang Rp3,56 triliun dari rampasan, sehingga ketika total Rp8,1 triliun yang dihitung dan diverifikasi BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) itu bisa terpenuhi dan masalah bisa selesai,” jelasnya.
Hexana menuturkan, semua polis dipindahkan sebab Jiwasraya sudah tidak ada kapasitas untuk membayar. Kata dia, jika polis dipindahkan maka nantinya akan dibayarkan melalui IFG Life.
Baca Juga: ITDC Terlilit Utang dari Pengembangan Kawasan Mandalika, Begini Respon PTPP
“Masalahnya itu kapasitasnya ngga ada, jadi ini ditambahkan modal, jadi PMN ini sebagai modal bukan untuk membayar utang, sehingga IFG Life akan tumbuh sehat,” tuturnya.
Direktur Utama Indonesia Re, Benny Waworuntu menyampaikan bahwa PMN Rp 1 triliun ini akan digunakan sebagai penguatan permodalan salah satunya perhitungan kesehatan perusahaan atau Risk Based Capital (RBC).
“Bukan untuk belanja modal. (Itu untuk) penguatan permodalan, RBC naik, rating naik, tentu kita lebih leluasa pick and choose terhadap bisnis,” katanya.
Benny menyebutkan bahwa kemungkinan dana ini bisa diterima sekitar kuartal IV tahun 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News