kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Emiten Teknologi Jeblok, Modal Ventura Tak Buru-buru Melepas


Senin, 23 Mei 2022 / 20:57 WIB
Saham Emiten Teknologi Jeblok, Modal Ventura Tak Buru-buru Melepas
ILUSTRASI. Ilustrasi modal ventura


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu terakhir, saham-saham perusahaan teknologi menjadi salah satu sorotan akibat terjun bebas. Padahal, sektor tersebut digadang-gadang memiliki prospek menjanjikan.

Tak terkecuali, perusahaan modal ventura juga banyak menyuntikkan dananya pada perusahaan-perusahaan berbasis teknologi. Meskipun, saat ini sahamnya turun, mereka masih memiliki optimisme mencetak kinerja yang baik.

Misalnya, Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang memiliki portofolio di beberapa emiten sektor teknologi. Salah satunya, berinvestasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk yang memiliki kapitalisasi jumbo namun sahamnya telah turun sekitar 23% sejak IPO tahun ini.

MCI masuk berinvestasi pada Goto dengan membeli saham seri P baru sebanyak 195 saham pada April 2020 silam. Saat itu, harga saham seri P memiliki nilai nominal sebesar Rp 500.000 per saham.

Baca Juga: Mandiri Capital Akan Dapat Injeksi Modal dari Bank Mandiri Tahun Ini

Tak hanya berinvestasi pada Goto, MCI juga memiliki portofolio investasi di PT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Saham BUKA pun tak luput dari koreksi, dimana sepanjang tahun ini pun sudah turun sekitar 29%.

Dalam prospektus BUKA, diketahui bahwa MCI memiliki 53,2 juta lembah saham BUKA atau setara dengan kepemilikan 0,07%. Saat itu, MCI membeli saham BUKA dengan harga per sahamnya Rp 50, di bawah harga sahamnya saat ini di sekitar Rp 300.

“Kita masuk cukup early, jadi bagi kita masih untung,” ujar Chief Investment Officer MCI Dennis Pratistha.

Dennis bilang, saat ini pihaknya masih optimistis bahwa perusahaan berbasis teknologi ini bakal memiliki performa yang baik. Mengingat, saat ini kebutuhan masyarakat pun juga tak jauh-jauh dari teknologi.

Oleh karenanya, Dennis menyebutkan bahwa modal ventura milik Bank Mandiri ini tidak akan buru-buru untuk memutuskan bakal melepas saham tertentu atau tidak. Alasannya, investasi yang mereka lakukan investasi jangka panjang.

“Keluar atau tidak, kita tunggu market yang tepat, saat ini sedang tidak,” imbuhnya.

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda juga mengungkapkan bahwa modal ventura ini tidak bakal serta merta keluar dari perusahaan teknologi untuk saat ini. 

Kecuali, prospek perusahaan yang diinvestasikan tersebut dinilai sudah tidak ada. Misalnya, inovasi yang rendah atau tidak bisa bersaing dengan kompetitor lainnya yang lebih berkembang.

Baca Juga: Saham Ini Banyak Dilepas Investor Asing di Pekan Lalu, Cek Rekomendasi Sahamnya

“Kekuatan uang modal ventura cukup kuat yang membuat mereka bisa bertahan lama di sebuah perusahaan,” ujar Huda.

Lebih lanjut, Huda bilang sampai titik tertentu modal ventura sudah tetap bakal melepas portofolio yang dimiliki. Namun, mereka juga harus tepat dalam waktu keluar dari emiten sebuah perusahaan. 

“Ada juga sebenarnya yang tidak sangat gain profit di kasus awal BUKA dimana dijual ketika harga tinggi dengan jumlah yang banyak. Makanya harga BUKA terus merosot karena kabarnya ada salah satu modal ventura besar melepas dengan jumlah yang besar,” jelasnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro pun menambahkan bahwa saat ini yang banyak menentukan keluar atau tidaknya modal ventura dari portofolionya lebih banyak dipengaruhi oleh investor dari Modal Ventura itu sendiri.

Ia menyebutkan bahwa uang yang dikelola oleh Modal Ventura juga berasal dari investor. Oleh karenanya, ia mengambarkan bahwa jika perjanjian uang harus kembali pada investor di waktu tertentu, maka modal ventura perlu exit dari portofolionya untuk mengembalikan dana ke investor.

“Biasanya, investasi modal ventura itu rata-rata jangka waktunya 5 hingga 8 tahun,” ujar Eddi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×