kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Saham Perbankan Kembali Loyo Imbas Aksi Jual oleh Asing


Sabtu, 21 Desember 2024 / 21:30 WIB
Saham Perbankan Kembali Loyo Imbas Aksi Jual oleh Asing
ILUSTRASI. Sepekan terakhir, pergerakan saham perbankan tampak lesu sejalan dengan ramainya aksi jual dari investor asing.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/03/12/2024


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir, pergerakan saham perbankan tampak lesu. Kondisi ini sejalan dengan ramainya aksi jual dari investor asing yang memegang saham bank tanah air.

Sebut saja, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)  yang selama sepekan ini saja mengalami penurunan 8,19%. 

Pada penutupan perdagangan Jumat (20/12), saham BBNI juga turun 1,16% dari hari perdagangan sebelumnya menjadi Rp 4.260 per saham.

Sejalan dengan penurunan tersebut, terpantau pemegang saham BBNI dari asing melakukan penjualan. Contohnya, CIMB Group Holding Bhd yang melepas saham BBNI sebanyak 2,87 juta saham.

Baca Juga: Bank BJB Setor Modal Rp 221,4 Miliar untuk Jadi Pemegang Saham Bank Jambi

Pada hari sebelumnya, Manulife Financial Corp juga melepas kepemilikan saham BBNI sebanyak 60,74 juta saham. Kini, Manulife hanya memegang saham BBNI sebanyak 30,88 juta saham.

Tak hanya di BNI, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga turut ditinggalkan oleh investor asing. Dalam dua hari terakhir, investor asing juga banyak melepas saham BBRI, salah satunya JP Morgan yang melepas 12,87 juta saham BBRI.

Kondisi tersebut juga membuat saham BRI pun terkoreksi 0,73% di akhir pekan ini dari harga hari sebelumnya. Selama sepekan terakhir, saham BBRI juga melemah 3,10%.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang keluarnya asing lebih banyak dikarenakan sentimen global. Salah satunya, proyeksi penurunan suku bunga  The Fed yang tadiya 4 kali di tahun depan menjadi 2 kali. 

Sementara, sentimen dalam negeri juga ada yang mempengaruhi investor asing banyak kabur. Misalnya, penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang naik menjadi 12%.

“Ini diproyeksikan dapat menurunkan daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Sementara itu, Head of Research RHB Sekuritas Andrey Wijaya bilang penjualan saham bank lebih banyak dipengaruhi dari net foreign outflow dari IHSG. Padahal, menurutnya fundamental bank masih bagus secara jangka panjang.

Baca Juga: Soal Divestasi Saham BBYB oleh Akulaku Group, Ini Kata Direksi Bank Neo Commerce

Memang, meskipun fundamentalnya bagus, tetap ada risiko yang membayangi kinerja perbankan. Salah satunya terkait risiko kredit macet di segmen mikro.

“Keluarnya asing lumayan signifikan dampaknya pada pergerakan saham bank seperti yang terjadi saat ini mengalami penurunan. Mungkin bisa sampai Januari,” ujar Andrey.

Sependapat, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Adityo Nugroho menyampaikan bahwa sekarang dari dalam negeri sebenernya belum ada sentimen negatif apa-apa.

Ia bilang pelemahan rupiah dan IHSG yang didera arus jual asing lebih dikarenakan faktor shiftingnya dana global ke AS, yang bisa dilihat dari dollar index yang menyentuh level tertingginya sejak November 2022.

Oleh karenanya, ia melihat sebagai investor yang bisa dilakukan adalah cuma bisa menunggu sampai situasinya mereda. Meskipun, saham-saham bank terutama KBMI 4 masih menarik dikoleksi.

“Semua menarik, tapi lagi-lagi kan kita harus menunggu momentum dulu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Adit bilang yang perlu diperhatikan terkait fundamental kinerja bank saat ini adalah likuiditas. Sebab, perlambatan laju pertumbuhan DPK menimbulkan potensi pengetatan likuiditas.

Untuk saham-saham perbankan, Andrey melihat ada peluang kenaikan untuk saham BBRI dan Bank Mandiri (BMRI). Namun, jika lebih defensive, ia merekomendasikan saham BBCA.

Hanya saja, ia mengingatkan untuk investasi dengan horison jangka panjang, saham bank seharusnya sudah layak dikoleksi. Tapi, untuk jangka pendek, ia melihat pergerakan harga sahamnya mungkin masih volatile.

Sementara itu, Wawan lebih merekomendasikan saham BBCA. Di mana, ia memiliki target harga untuk saham BBCA di tahun depan mencapai Rp 11.500.

Wawan bilang untu investor yang fokus jangka panjang boleh saja memanfaatkan strategi buy on weakness. Alasannya, beberapa saham sudah akan memberikan dividen yield  di atas deposito.

“Potensi koreksi masih ada karena regional masih tertekan dan mendekati libur panjang beberapa investor akan mengamankan posisi dulu, sehingga tidak disarankan investor jangka pendek untuk trading,” tandasnya.

Selanjutnya: Bank JTrust Buka Kantor Cabang Pembantu di Kuta, Bali

Menarik Dibaca: Promo Danamon Cinepolis Ada Cashback hingga Rp 30.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×