Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Rudi juga menambahkan, mayoritas dari deposito itu disumbang dari nasabah korporasi (wholesale) yang menjadi kontributor peningkatan deposito nominal jumbo. Ke depannya, bank berkode emiten BMRI ini memperkirakan kondisi ini akan berubah, melihat suku bunga acuan yang terus menurun, bergeraknya kondisi pasar, roda ekonomi yang mulai normal dan peningkatan investasi.
Setali tiga uang, bank kecil seperti di PT Bank Ina Perdana Tbk juga sepakat. Menurut Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu pertumbuhan deposito masih terus meningkat. "Deposito masih meningkat terus walaupun bunga deposito sudah ada penurunan," kata Daniel.
Menurutnya, selama pertumbuhan kredit masih lemah maka pertumbuhan deposito akan terus bertumbuh. Kecuali, jika tren instrumen investasi sudah mulai meningkat dan permintaan kredit sudah tumbuh, maka pertumbuhan deposito dengan sendirinya akan terjadi penurunan.
Dia juga menambahkan, peningkatan deposito atau simpanan jumbo sampai dengan akhir tahun 2020 masih banyak disumbang dari nasabah korporasi maupun retail. Tapi sayangnya, Daniel tidak dapat merinci besaran pertumbuhan tersebut.
Baca Juga: Era suku bunga rendah bisa menggairahkan saham sektor properti dan perbankan
Hanya saja, pihaknya berharap di tahun 2021 pertumbuhan kredit bisa segera membaik. Dengan begitu, komposisi pendanaan bisa perlahan kembali ke level normal sebelum pandemi.
Sekadar gambaran saja, per Oktober 2020 total DPK di Bank Ina tercatat sebesar Rp 3,81 triliun. Walau terbilang kecil, angka tersebut meningkat signifikan sebesar 30,76% bila dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya.
Baca Juga: Kredit perbankan kian melambat, terkontraksi 1,39% per November 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News