Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Sejumlah bank besar yang sudah melaporkan kinerjanya pada periode sembilan bulan tahun 2025 mayoritas masih mencatatkan penurunan laba.
Ambil contoh, PT Bank Mandiri (BMRI) mencatatkan penurunan laba per September 2025 sekitar 10,2% secara tahunan atau year on year (yoy). Namun demikian, secara kuartalan Bank Mandiri tercatat menjadi bank yang membukukan pertumbuhan laba dobel digit hingga 17,9%.
Laba perseroan di periode sembilan bulan tahun ini mencapai Rp 37,73 triliun. Sebagai perbandingan, pada periode sama di tahun sebelumnya, laba Bank berlogo pita emas ini tercatat sebesar Rp 42,01 triliun. Adapun pada kuartal kedua, labanya mencapai Rp 11,25 triliun.
Baca Juga: Bank Mandiri Catatkan Penyaluran Kredit Rp 1.764,32 triliun pada September 2025
Walau demikian, dari sisi pendapatan bunga bersih, tercatat naik 4,9% capai Rp 78,3 triliun, naik dari Agustus 2024 yang senilai Rp 74,6 triliun.
"Kami fokus menjaga pertumbuhan yang berkualitas, didukung tata kelola risiko yang disiplin, serta sinergi lintas segmen dan sektor yang memperkuat daya saing ekonomi nasional," ujarnya saat paparan kinerja perseroan, Senin (27/10/2025).
Bank Mandiri juga mencatat penyaluran kredit konsolidasi mencapai Rp 1.764,32 triliun, tumbuh 11% secara tahunan atau year on year (YoY).
Bank berkode emiten BMRI ini juga menilai, pertumbuhan kredit ditopang oleh seluruh segmen bisnis yang ditunjang oleh ekosistem bisnis di wilayah.
"Kami melihat sektor padat karya, industri berorientasi ekspor, serta industri makanan dan minuman masih menjadi motor pertumbuhan yang signifikan. Kredit yang disalurkan di sektor-sektor ini terbukti memberikan multiplier effect terhadap lapangan kerja dan daya beli masyarakat,” kata Novita.
Laba PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga terlihat turun per September 2025. Laba tahun berjalan BNI pada periode Januari-September 2025 turun 7,3% secara tahunan (YoY). Namun secara kuartalan labanya terlihat naik 6,5%.
Laba BNI di periode sembilan bulan ini mencapai Rp 15,11 triliun. Sebagai perbandingan, pada periode sama di tahun sebelumnya, laba BNI tercatat Rp 16,3 triliun. Adapun di kuartal kedua labanya mencapai Rp 4,71 triliun.
Dari sisi pendapatan bunga bersih, BNI mengalami kenaikan tipis. Pendapatan bank berlogo 46 di periode ini hanya senilai Rp 29,25 triliun, sedikit turun 0,6% dari September 2024 yang senilai Rp 29,43 triliun.
Meski demikian, portofolio kredit dari BNI tetap mampu mengalami peningkatan. Kredit yang BNI salurkan mencapai Rp 812,19 triliun atau naik 10,5% YoY.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia (BSI) Cetak Laba Rp 1,95 Triliun pada Kuartal III-2025
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, strategi penguatan kualitas portofolio dan efisiensi pendanaan yang disiplin membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas, sekaligus menjaga keseimbangan pertumbuhan di seluruh segmen bisnis.
"Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Putrama.
BNI juga disebut akan terus memperkuat fundamental bisnis, memperluas ekosistem digital, dan menjadi motor penggerak keuangan berkelanjutan di Indonesia.
Berbeda dengan PT Bank Central Asia Tbk yang memperoleh laba hingga periode September 2025 mencapai Rp 43,4 triliun. Capaian tersebut meningkat 5,7% yoy. Walau demikian, secara kuartalan labanya terlihat turun 3,3%.
Namun BCA masih berjibaku dengan beban biaya pencadangan yang tetap menggunung. Pasalnya, beban yang perlu ditanggung BCA untuk pos tersebut naik 106,75% YoY menjadi Rp 2,66 triliun.
Kenaikan beban biaya pencadangan tersebut juga melesat jika dibandingkan pada periode sama tahun sebelumnya. Pada September 2025, beban biaya pencadangan BCA masih naik 60,1% mencapai Rp 3,5 triliun.
Di sisi lain, salah satu penyokong kenaikan laba tersebut adalah pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 63,9 triliun. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun sebelumnya, pendapatan bunga bersih dari BCA baru senilai Rp 60,7 triliun.
Baca Juga: BRI Salurkan KUR Rp 130,2 Triliun per September 2025, Ini Sektor Penopangnya
Dari sisi fungsi intermediasinya sendiri, BCA memiliki portofolio kredit di September 2025 mencapai Rp 944 triliun, tumbuh 7,6%. Pada periode sama tahun sebelumnya, kredit milik bank swasta terbesar di Indonesia ini baru senilai Rp 877 triliun.
Adapun PT Bank Tabungan Negara (BTN) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp2,3 triliun, tumbuh dobel digit sebesar 10,6% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,08 triliun. Tapi secara kuartalan labanya anjlok 25,7%.
Pencapaian laba bersih BTN selama sembilan bulan 2025 dipicu oleh pendapatan bunga kredit yang naik 18,8% yoy menjadi Rp26,57 triliun hingga akhir September 2025, lebih tinggi dari kenaikan beban bunga yang sebesar 2,5% yoy menjadi Rp13,81 triliun.
“BTN kembali membukukan laba bersih pada kuartal III-2025 berkat konsistensi kami menjaga pertumbuhan bisnis terutama di pembiayaan sektor perumahan dan transaksi keuangan yang beragam agar bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Upaya ini dilakukan dengan ditopang prinsip kehati-hatian dan perhitungan yang cermat atas kebutuhan di pasar,” ujar Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, sentimen melemahnya kinerja perbankan saat ini masih dipengaruhi oleh terhambatnya ekspansi, seiring permintaan kredit dan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik.
"Meski demikian, proyeksi kinerja perbankan di sisa tahun ini diperkirakan akan sedikit membaik, terutama didorong oleh sentimen belanja menjelang akhir tahun. Pertumbuhan pendapatan, laba, dan kredit bank diperkirakan akan mengalami peningkatan, meski cenderung moderat," ungkap Trioksa.
Menurutnya, tantangan utama yang dihadapi perbankan saat ini antara lain terkait biaya dana, likuiditas, serta upaya menjaga kualitas kredit tetap terjaga. Para analis menekankan, tantangan ini masih cukup signifikan dan memerlukan perhatian serius agar tidak berdampak lebih dalam terhadap kinerja bank.
Sebagai strategi, bank diharapkan fokus pada efisiensi operasional serta selektif dalam memberikan kredit. Langkah ini dianggap penting untuk menjaga kesehatan keuangan sekaligus memanfaatkan peluang pertumbuhan secara berhati-hati.
Sementara Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, kinerja big bank yang terlihat lesu dalam beberapa waktu terakhir masih dalam batas wajar. Tren penurunan laba yang terjadi dinilai sejalan dengan pertumbuhan kredit yang belum sepenuhnya menguat, membuat capaian kinerja belum memenuhi ekspektasi sebagian analis maupun pelaku pasar.
Investor juga disebut masih bersikap hati-hati terhadap saham perbankan, mengingat kondisi makroekonomi yang menantang.
"Tingginya suku bunga, ketatnya likuiditas, serta persaingan industri perbankan yang semakin kompetitif memberi tekanan tersendiri terhadap margin dan profitabilitas," ungkapnya.
Menjelang akhir 2025 hingga memasuki 2026, peluang perbaikan fundamental perbankan dinilai masih cukup terbuka. Pertumbuhan kredit dan pendapatan bunga bersih berpotensi meningkat seiring ekspektasi penurunan suku bunga, stimulus fiskal pemerintah, serta dukungan likuiditas melalui kebijakan penempatan dana di sektor keuangan.
Namun, sejumlah tantangan tetap membayangi, mulai dari biaya dana (cost of fund) yang belum sepenuhnya turun, aktivitas ekonomi domestik yang masih dalam tahap pemulihan, hingga risiko global yang berpotensi menciptakan volatilitas baru di pasar keuangan.
Ekky menilai saat ini merupakan momen yang tepat untuk melakukan pembelian saham secara bertahap, menyusul posisi pasar yang mulai mengalami reversal.
Menurut Ekky, saham BRIS menarik untuk investor jangka panjang yang mengejar pertumbuhan. Sementara itu, bagi investor yang mengutamakan stabilitas dan dividen, BMRI dan BBRI dinilai sebagai pilihan yang baik karena menawarkan dividen besar.
“Ini saat yang tepat untuk mulai masuk secara bertahap, tergantung profil risiko investor,” kata Ekky.
Selanjutnya: Purbaya Klaim Penempatan Rp 200 Triliun di Himbara Berhasil Menggerakkan Sektor Riil
Menarik Dibaca: 5 Kesalahan Pakai Conditioner Setelah Keramas, Bikin Rambut Lepek!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













