kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Ini Penyebab Kinerja Laba Bank-Bank Besar Variatif Secara Bulanan pada Agustus 2025


Senin, 06 Oktober 2025 / 21:13 WIB
Ini Penyebab Kinerja Laba Bank-Bank Besar Variatif Secara Bulanan pada Agustus 2025
ILUSTRASI. Emiten bank-bank besar mencatatkan kinerja yang cukup variatif secara bulanan di Agustus 2025 baik Bank BUMN maupun bank swasta.. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten bank-bank besar mencatatkan kinerja yang cukup variatif secara bulanan di Agustus 2025 baik Bank BUMN maupun bank swasta.

Dari segi laba bersih, 5 dari 10 bank mencatatkan penurunan, yakni BBCA, BBNI,BMRI, PNBN, dan NISP, serta hanya 4 bank yang mampu menjaga pertumbuhan laba bersih, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Syariah Indonesia (BRIS), PT Bank Tabungan Negara (BBTN), dan PT Bank Danamon (BDMN), dan hanya PT Bank CIMB yang mencatatkan kinerja laba yang stagnan.

BBRI mencatatkan kinerja laba Rp 32,6 triliun di Agustus 2025, capaian ini meningkat Rp 4 triliun atau 73,91% dari capaian laba di Juli 2025 yang sebesar Rp 28,6 triliun.

Kemudian, BBTN labanya capai Rp 1,99 triliun pada Agustus 2025, atau naik Rp 205 miliar dari capaian laba di Juli 2025 sebesar Rp 1,7 triliun.

BRIS juga mencatatkan pertumbuhan laba di Agustus Rp 668 miliar atau 62,93% dari Juli 2025 sebesar Rp 4,15 triliun.

Selanjutnya BDMN mencatatkan kinerja laba Rp 2,45 triliun, naik Rp 453 miliar atau 23,10% di Agustus 2025 dari Juli 2025 sebesar Rp 2 triliun.

Baca Juga: Tunggu Akhir Tahun, Tabungan Nasabah Berpotensi Meningkat

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, sentimen yang mempengaruhi cukup variatifnya kinerja laba bank besar baik bank BUMN maupun swasta adalah seberapa bagus bank tersebut dapat menjaga aset produktifnya sehingga memberikan hasil maksimal dan seberapa bagus bank melakukan efisiensi operasional.

"Sentimen dari luar adalah terkait dengan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya membaik terutama daya beli sehingga melambatkan sektor ril untuk melakukan ekspansi kredit," kata Trioksa kepada kontan.co.id, Senin (6/10).

Trioksa melihat, prospek kinerja bank swasta kurang lebih akan sama dengan Bank BUMN, kuncinya pada aset produktif dan efisiensi operasional.

Adapun Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, kinerja Bank Buku 4 memang sudah menunjukkan pemulihan kalau melihat khususnya di bulan Agustus sudah terjadi perbaikan.

"Sebenarnya Juli juga demikian apalagi dibandingkan dengan Juni. Jadi ini menunjukkan pemulihan terkait dengan permintaan kredit yang berkualitas, karena ini sudah diindikasikan di mana the reduction of loan cost effects sudah mulai terasa ketika Bank Indonesia secara konsisten menerapkan kebijakan pelonggaran moneter dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI rate dan peluang di kuartal keempat juga masih terbuka lebar," jelas Nafan.

Menurutnya, momentum tersebut menjadi peluang bagi bank-bank besar untuk mencatat pertumbuhan berkelanjutan ke depan. Apalagi, secara valuasi, saham-saham perbankan besar kini dinilai masih berada di bawah nilai wajarnya (fair value) secara price to book value (PBV).

Selain itu, Nafan menilai prospek aksi korporasi berupa pembagian dividen juga menjadi daya tarik tambahan bagi investor.

“Komitmen bank-bank besar terhadap dividen masih kuat. Ini menjadi peluang menarik bagi investor berorientasi dividen (dividend hunter), terutama menjelang potensi pembagian dividen interim,” jelasnya.

Baca Juga: Kredit Konsumer Bank BRI Tumbuh 10,65% per Agustus 2025, Ini Faktor Pendorongnya

Di sisi lain, Nafan menilai, bank-bank swasta cenderung lebih agresif dalam ekspansi kredit, dengan tetap menjaga kualitas pertumbuhan dan mitigasi risiko kredit bermasalah (NPL).

“Beberapa bank swasta dengan kapitalisasi besar terbukti mampu menjaga risiko dengan baik, sehingga kualitas kredit tetap terjaga,” ujarnya.

Dengan potensi pertumbuhan kinerja dan dukungan kebijakan moneter yang akomodatif, Nafan menilai sektor perbankan besar akan tetap menjadi pilihan utama investor hingga akhir 2025.

Sebagai rekomendasi investasi, Nafan memberikan rekomendasi “accumulative buy” untuk saham-saham perbankan besar seperti, BBNI dengan target harga Rp4.470 per saham, BMRI dengan target Rp4.530 per saham, BBCA dengan target Rp8.100 per saham, dan BBRI dengan target Rp4.030 per saham, BNGA Rp 1.740  per saham.

Head of Online Trading BCA Sekuritas, Achmad Yaki, mengatakan meski sejumlah indikator mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan, pemulihan kinerja bank-bank besar kelompok KBMI IV (Bank Buku IV) dinilai belum berlangsung secara merata dan konsisten.

Baca Juga: Saham Big Banks Kompak Melemah pada Awal Pekan, BMRI Catat Penurunan Terdalam

Menurutnya, data terakhir menunjukkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit mulai membaik. Namun, tekanan terhadap laba bersih masih terasa akibat kenaikan biaya pencadangan dan beban bunga yang meningkat lebih cepat dibandingkan pendapatan bunga.

“Perbaikan signifikan dan merata pada laba bersih bank-bank KBMI IV belum sepenuhnya terlihat. Kenaikan beban bunga dan pencadangan masih menjadi faktor pemberat profitabilitas,” ujar Yaki.

Yaki menilai, prospek bank-bank besar seperti BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI masih cukup optimistis, terutama berkat kekuatan fundamental dan ketahanan modal yang solid. Namun demikian, sektor perbankan masih menghadapi tantangan eksternal yang cukup besar.

“Kondisi makroekonomi belum sepenuhnya pulih. Data PMI manufaktur masih lebih rendah dibanding sebelumnya, sementara inflasi yang relatif tinggi berpotensi menekan daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan kredit,” jelasnya.

Di sisi lain, peningkatan beban bunga membuat Net Interest Margin (NIM) tertekan, sehingga bank harus lebih selektif dalam mengelola pendanaan dan penyaluran kredit untuk menjaga margin keuntungan.

Baca Juga: Penempatan Dana Pemerintah di Bank Mandiri: 63% Sudah Tersalurkan ke Pembiayaan

“Secara keseluruhan, meskipun ada sinyal perbaikan pada Juli dan Agustus 2025, tekanan pada profitabilitas akibat kenaikan biaya provisi dan bunga tetap menjadi tantangan utama,” tambah Yaki.

Meski demikian, Yaki optimistis prospek jangka panjang perbankan besar masih solid. Ketahanan modal, ekspansi digitalisasi layanan, serta strategi efisiensi dinilai akan menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor ini ke depan.

Secara historis, saham-saham perbankan besar cenderung mengalami penguatan menjelang window dressing di akhir tahun dan January effect pada awal tahun berikutnya.

“Secara valuasi, saham-saham big banks masih menarik untuk akumulasi beli, terutama bagi investor dengan horizon investasi menengah hingga panjang,” pungkas Yaki.

Selanjutnya: Gelar Cek Kesehatan, Dexa Medica Tegaskan Komitmen Kualitas dan Akses Obat Halal

Menarik Dibaca: Intip Ramalan Zodiak Besok, Selasa 7 Oktober 2025 tentang Keuangan dan Karier

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×