Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menghimbau agar industri peer-to-peer (P2P) lending memperbesar penyaluran pinjaman ke luar Pulau Jawa.
Para pemain P2P lending pun sudah merancang strategi khusus dalam memperbesar penyaluran pinjaman ke luar Pulau Jawa.
Seperti, PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas) yang terus memperbesar penyaluran dengan membuka cabang baru di luar Jawa.
Presiden Direktur Danamas Dani Liharja mengaku, sudah ada rencana sebelumnya untuk membuka cabang di wilayah Nusa Tenggara Barat namun karena kondisi pandemi maka di tunda, dan menunggu waktu yang tepat, namun secara market sudah ada borrower yang kita danai melalui kerja sama kita dengan rekan bisnis Nasional.
"Kami akan semakin gencar menggandeng partner, semua sektor akan kita gempur untuk mendukung berbagai sumber aplikasi dalam menunjang percepatan perekonomian Indonesia melalui UMKM yang harus bertumbuh pesat," ungkap Dani kepada kontan.co.id, Selasa (12/10).
Dani menyebut, partner yang telah dan akan di gandeng kedepannya yaitu dari sektor pertanian, peternak, sektor Informasi dan sektor komunikasi.
Baca Juga: Masih temukan penawaran investasi tanpa izin, ini imbauan dari SWI
Hingga saat ini realisasi penyaluran pinjaman Danamas untuk pulau Jawa yaitu sekitar Rp 4,53 triliun, sementara realisasi penyaluran pinjaman Luar Jawa sekitar Rp 853,35 miliar. "Hingga akhir tahun kami targetkan dapat menyalurkan pinjaman hingga Rp 3,428 triliun," imbuh Dani.
Penyelenggara fintech peer to peer lending, PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia juga terus memperkuat perluasan penyaluran pinjaman usaha di luar Pulau Jawa, antara lain di Kalimantan, Riau, Sulawesi, Maluku, dan Sumatra yang masuk ke dalam 10 besar wilayah di Indonesia dengan penyaluran pinjaman usaha terbesar Akseleran.
CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Tambunan mengatakan, wilayah-wilayah tersebut memang memiliki potensi UMKM yang memiliki lini usaha yang cocok dengan Akseleran, khususnya di sektor Engineering/Construction, Coal & Related Energy, Power, Oil & Gas, Business & Consumer Service, dan Electrical Equipment.
"Di sisi lain, kami juga akan terus meningkatkan penyaluran pinjaman usaha di Pulau Jawa yang selama ini memberikan kontribusi besar, yakni di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah," kata Ivan.
Sementara itu, Akseleran juga akan terus lakukan penambahan partner untuk skema loan channeling yang akan menjadi Institutional Lender Akseleran. Ivan berkata, pada dasarnya, Akseleran akan tetap membuka pintunya agar dapat berkolaborasi secara sinergis dengan perusahaan atau instansi lainnya baik yang berasal dari Lembaga Keuangan Bank (LBK) maupun dari LBK Non Bank.
Hingga saat ini, Akseleran sudah memiliki belasan institutional Lender partners dimana tujuh di antaranya berasal dari perbankan, yakni BCA, Bank Mandiri, Bank Jago, Bank J Trust, Bank OCBC NISP, dan BPR Supra.
Adapun kontribusi penyaluran pinjaman dari perbankan melalui Akseleran sudah berada di kisaran 75% hingga 80% dari total Institutional Lender Akseleran dimana selebihnya berasal dari perusahaan-perusahaan multifinance maupun pegadaian.
Baca Juga: Masih menjamur, Satgas Waspada Investasi temukan lagi 151 fintech ilegal
"Secara kumulatif total penyaluran pinjaman usaha Akseleran untuk di luar Pulau Jawa sudah mencapai sebesar Rp 168 miliar lebih atau 5,34% dari total penyaluran pinjaman. Secara target nasional untuk total penyaluran pinjaman usaha Akseleran di tahun 2021 adalah sebesar Rp 2 triliun," tandas Ivan.
Setali tiga uang, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menyatakan, telah melakukan ekspansi ke luar pulau Jawa sejak tahun 2019, dimulai dengan pulau Sulawesi kemudian ke pulau Sumatra di tahun 2020.
"Ini merupakan strategi yang ternyata sangat tepat. Meskipun dilakukan sebelum adanya pandemi covid-19, langkah ekspansi ke luar Jawa justru menjadi penggerak usaha Amartha yang cukup stabil, mengingat kondisi pandemi di luar pulau Jawa tidak separah yang ada di Jawa, sehingga para mitra binaan Amartha tetap dapat menjalankan usahanya dan menghasilkan keuntungan," ungkap Andi Taufan Garuda Putra, Founder dan CEO Amartha.
Andi mengaku, Amartha melakukan beberapa riset sebelum memutuskan untuk memperluas ekspansi ke suatu wilayah. Mulai dari analisa demografi, potensi UMKM setempat, kepadatan penduduk, dll.
Jika suatu wilayah memiliki populasi yang cukup untuk dijadikan mitra binaan Amartha, maka selanjutnya Amartha akan membuka titik operasional, yang dikelola oleh tenaga lapangan.
"Umumnya, tenaga lapangan yang mengelola suatu desa, juga kita rekrut dari desa setempat. Merekrut muda-mudi desa mempermudah komunikasi Amartha dengan para mitra binaan karena adanya kesamaan budaya. Biasanya, >80% tenaga lapangan merupakan warga asli desa tersebut. Dengan strategi riset mendalam, serta perekrutan tenaga lapangan asli setempat, operasional bisnis Amartha di luar Jawa terbukti lebih efisien dan efektif," jelas Andi.
Baca Juga: Berumur 4 tahun, OVO terus perluas layanan keuangan
Andi mengatakan, sejak melakukan ekspansi ke Sumatera dan Sulawesi, Amartha tetap akan mengembangkan potensi dari kedua wilayah tersebut. Karena, masih ada beberapa kota yang belum terjangkau. Bahkan di pulau Jawa pun belum seluruhnya ter-cover. Seperti area Lumajang di Jawa Timur, atau Madura.
"Namun, sebagai fintech yang senantiasa berupaya untuk melebarkan dampak sosial bagi masyarakat pedesaan, tidak menutup kemungkinan adanya rencana untuk perluasan ke pulau lain di kawasan Indonesia tengah. Misalnya Kalimantan atau wilayah Nusa Tenggara. Semoga ini benar-benar bisa diwujudkan ya," katanya.
Ia menyebut, Amartha membuka peluang yang sebesar-besarnya untuk menjadi pendana institusi di Amartha, dan bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan melalui pengembangan UMKM.
"Kami melihat, kolaborasi dengan partner institusi berperan penting terhadap pertumbuhan bisnis Amartha. Jika dilihat dari besaran porsinya, sekitar 60% penyaluran dana berasal dari pendana institusi. Oleh sebab itu, kolaborasi dengan berbagai institusi akan lebih gencar lagi ke depannya," ujar Andi.
Andi memaparkan, pendana institusi yang baru saja bergabung dengan Amartha yaitu Bank Pembangunan Daerah Sulselbar. Bulan Oktober lalu, Bank Sulselbar menggelontorkan Rp 100 miliar melalui Amartha untuk mendongkrak potensi UMKM di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Di tahun 2021 ini, beberapa Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembangunan Daerah telah resmi berkolaborasi dengan Amartha untuk mengakselerasi pertumbuhan UMKM di daerah. Ada BPR Pujon Jaya Makmur dan BPR Nusumma di Jawa Timur, dan Bank Ganesha yang mengucurkan pendanaan sebesar 500 miliar rupiah di tahun 2020 lalu.
"Penyaluran pendanaan ke luar pulau Jawa lebih dominan, yakni sebesar 60% dari total penyaluran Amartha di tahun 2021. Secara umum, Amartha menargetkan penambahan jumlah poin (titik operasional baru) sebanyak 270 poin di tahun mendatang. Serta membina satu juta borrower hingga akhir tahun 2021 ini," kata Andi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News