Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan regulator terus menggenjot pengembangan ekosistem keuangan syariah guna memperluas inklusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi syariah nasional.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar perbankan syariah Indonesia masih tergolong mini, yakni sebesar 7,42% hingga Maret 2025.
Namun, industri ini mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 7,61% YoY menjadi Rp960,82 triliun.
Di pasar, dominasi masih dipegang oleh PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI dengan penguasaan aset sebesar 41,73%.
Baca Juga: Siap-Siap, akan Ada Dua Bank Syariah Besar Baru Pesaing BSI
Posisi selanjutnya diisi oleh Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga sebesar 6,74%, dan UUS BTN sebesar 6,36%.
Seiring keterbatasan skala, OJK terus mendorong bank syariah melakukan diferensiasi produk dan memperluas layanan, termasuk melalui spin off UUS agar lebih fokus menjangkau pasar dan meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah.
OJK menargetkan hadirnya dua bank syariah baru tahun ini hasil konsolidasi, dengan aset masing-masing mencapai Rp200 triliun.
Masih Terkendala Literasi
Direktur PT Bank BCA Syariah Pranata mengatakan, rendahnya tingkat literasi dan inklusi masih menjadi tantangan utama bagi industri.
“Keandalan layanan digital menjadi salah satu kunci meningkatkan inklusi, meskipun juga dihadapkan pada tantangan risiko teknologi seperti serangan siber,” ujar Pranata kepada Kontan.coid, Selasa (20/5).
Baca Juga: Minimalisir Rekening Dormant, Bank Mega Syariah Rilis Fitur Tarik Tunai Tanpa Kartu
Lewat aplikasi BSya, BCA Syariah menyajikan layanan mobile banking yang lebih variatif dan user-friendly.
Per Maret 2025, dana pihak ketiga (DPK) BCA Syariah tumbuh 25,9% YoY menjadi Rp13,5 triliun, mendorong pertumbuhan aset sebesar 19,3% YoY menjadi Rp17,1 triliun.
Pangsa pasar BCA Syariah kini mencapai 2,6% dari total bank umum syariah.
"Di akhir tahun ini, kami targetkan pertumbuhan dua digit baik aset maupun pembiayaan masing-masing di kisaran 8%-10% dan 13%-15%," lanjut Pranata.
Strategi Bank Mega Syariah
Senada, Bank Mega Syariah juga fokus memperluas literasi dan memperkuat fungsi intermediasi.
Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita menyebut, indeks literasi keuangan syariah masih 43,42%, jauh di bawah literasi keuangan nasional sebesar 66,46%.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Buka Suara Soal Rencana Masuk ke BTN Syariah
Sementara inklusi keuangan syariah baru 13,41%, tertinggal dari inklusi nasional yang mencapai 75,01%.
"Masih banyak masyarakat yang belum memahami prinsip, manfaat, dan produk syariah. Kami konsisten menggelar edukasi, mulai dari komunitas, pelajar, hingga nasabah," ungkap Hanie.
Bank Mega Syariah mengusung strategi B2B2C, menyasar ekosistem mitra korporasi di sektor pendidikan, kesehatan, dan layanan publik.
Di sisi produk, mereka memperkuat tabungan berbasis tujuan seperti Tabungan Haji iB, Tabungan Umroh iB, dan Tabungan Simpel iB untuk pelajar, serta mendorong layanan Deposito Berkah Digital melalui aplikasi m-Syariah.
Fitur-fitur baru terus digulirkan, salah satunya tarik tunai tanpa kartu melalui aplikasi. Perseroan juga memanfaatkan ekosistem CT Corp untuk menawarkan promo guna meningkatkan adopsi produk.
Baca Juga: Hasil RUPS BSI: Anggoro Eko Jadi Dirut dan Ada Kader Gerindra di Jajaran Komisaris
Per Maret 2025, aset Bank Mega Syariah tercatat Rp17,4 triliun, tumbuh 13,1% YoY. Perseroan menargetkan pembiayaan tumbuh 11,7% YoY, DPK naik 17,5% YoY, dan total aset meningkat 11,15% YoY.
Selanjutnya: BNI Perkuat Layanan Terhadap Nasabah Prioritas
Menarik Dibaca: Penyandang Disabilitas Senam Bersama, Rekor MURI Terpecahkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News