Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan surat imbauan kepada Kelompok Bank Bermodal Inti (KBMI) 1 dengan modal inti di antara Rp 3 triliun hingga Rp 6 triliun, untuk naik kelas atau berkonsolidasi.
Dalam hal ini, OJK akan menghilangkan Kelompok Bank KBMI 1. Dengan adanya penyesuaian tersebut, nantinya cuma akan ada tiga kelompok bank. Hanya saja, kewajiban ini nantinya tidak berlaku bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, bahwa penghapusan Bank KBMI 1 dengan perampingan menjadi tiga kelompok bank ini lebih diarahkan untuk konsolidasi dalam hal ini merger dan akuisisi. Dian bilang upaya ini tak sekadar meningkatkan modal inti, tapi juga mengurangi jumlah bank di Indonesia.
Dian bilang tantangan perekonomian nasional dan disrupsi teknologi pada akhirnya mengharuskan semua bank memperkuat diri dalam segala hal. Dus, ia menilai kolaborasi melalui konsolidasi merupakan alternatif terbaik.
Baca Juga: OJK Berencana Menghapus KBMI 1, Cek Daftarnya
Untuk awalan, pihaknya melakukan pendekatan yang lebih persuasif. Dalam hal ini, OJK sudah mengirimkan surat kepada seluruh bank di KBMI 1 untuk mulai mengeksplor kemungkinan-kemungkinan konsolidasi.
Sejumlah bank di jajaran KBMI 1 pun mengaku telah menerima surat imbauan ini, seperti PT Bank Sampoerna.
Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna, Henky Suryaputra menyampaikan, bahwa surat tersebut berisi imbauan bagi bank KBMI 1 untuk melakukan evaluasi kondisi keuangan bank, identifikasi peluang kolaborasi, meningkatkan kapasitas infrastruktur IT, dan memastikan penerapan Good Corporate Governance (GCG).
"Semua hal itu telah dan akan terus dilakukan oleh Bank Sampoerna, sebagai usaha kami untuk memberikan layanan terbaik bagi masyarakat, terutama UMKM," ungkap Henky kepada kontan.co.id, Rabu (3/12/2025).
Lebih lanjut Henky menegaskan, pihaknya dan shareholders juga berkomitmen untuk mematuhi ketentuan yang dikeluarkan oleh regulator, tanpa menutup kemungkinan kolaborasi dengan berbagai pihak, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Hingga September 2025 Bank Sampoerna mencatatkan modal inti sebesar Rp 3,13 triliun. Capaian itu menyusut 1,41% YoY dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 3,17 triliun.
Setali tiga uang, Direktur BCA Syariah Pranata juga mengakui, perseroan telah menerima surat imbauan dari OJK, dan sudah berkoordinasi dengan induk dalam hal ini PT Bank Central Asia (BCA) terkait hal ini.
"Kami sudah berkoordinasi dengan induk, BCA dan saat ini kami sedang menjajaki kemungkinan-kemungkinan yang ada," katanya.
Per September 2025 modal inti BCA Syariah telah mencapai Rp 3,24 triliun.
Baca Juga: Modal Inti Sentuh Rp 6 Triliun, SeaBank Resmi Jadi KBMI 2
Adapun Presiden Direktur Bank Aladin Syariah, menyampaikan bahwa OJK menekankan empat poin utama yang perlu dijalankan industri perbankan sebagai langkah penguatan, yakni evaluasi kondisi keuangan bank, identifikasi peluang kolaborasi, meningkatkan kapasitas infrastruktur IT, dan memastikan penerapan Good Corporate Governance (GCG).
“Alasannya jelas, antara lain peningkatan risiko siber, kebutuhan memperkuat fundamental, serta dorongan untuk mempercepat transformasi digital,” ujarnya.
Pihaknya pun menegaskan bahwa posisi perusahaan justru sudah berada selangkah lebih maju dalam transformasi digital.
“Saya bersyukur karena Bank Aladin Syariah sudah melakukan transformasi digital yang lebih advance dibanding bank lain. Kami benar-benar bank syariah digital tanpa cabang, full online. Jadi apa yang tertuang di POJK poin tiga itu sudah kami implementasikan,” katanya.
Terkait aspek permodalan, Bank Aladin juga memastikan bahwa kondisi perusahaan tetap solid. “Modal kami sudah lebih dari Rp 3 triliun. Dari awal kita memang merencanakan masuk ke KBMI 2, jadi tidak ada masalah dengan imbauan ini,” jelasnya.
Baca Juga: Kecukupan Modal Bank KBMI III Melaju, Ini Peluang yang Terbuka
Sebagai bank yang sudah berstatus terbuka (Tbk), Bank Aladin menilai akses terhadap investor maupun potensi penguatan modal sangat terbuka. “Tidak ada isu soal investor masuk. Kami punya cita-cita naik kelas ke KBMI 2,” tegasnya.
Namun, ia belum dapat mengungkapkan waktu pasti terkait rencana aksi korporasi terkait penguatan modal. "Untuk rencana aksi korporasi saya belum bisa sampaikan detail apa pun,” ujarnya.
Bank juga memastikan bahwa selain transformasi digital, penguatan governance menjadi prioritas.
“Kami akan terus memperkuat internal dan tata kelola. Sebagai entitas TBK, prosesnya lebih mudah dan transparan,” tambahnya.
Menurutnya, imbauan OJK menjadi momentum untuk mempertegas posisi Bank Aladin sebagai bank syariah digital yang telah menerapkan standar transformasi lebih maju dibandingkan bank konvensional maupun bank syariah yang masih beroperasi secara fisik.
Per September 2025, modal inti Bank Aladin Syariah telah mencapai Rp 3,17 triliun, naik dari modal inti di September 2024 sebesar Rp 3 triliun.
Baca Juga: KBMI 1 Akan Dihapus, Bagaimana Nasib Spin Off Unit Usaha Syariah Perbankan?
Rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menghapus kategori KBMI 1 dan mendorong naik ke KBMI 2, mulai memantik reaksi pasar. Investor menilai kebijakan ini berpotensi mengubah peta persaingan sekaligus membuka peluang aksi korporasi baru di industri perbankan.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, langkah ini akan menjadi katalis penting bagi saham-saham bank kecil, meskipun risikonya juga sangat besar
Menurut Wafi, pergerakan saham bank-bank di jajaran KBMI 1 sepanjang 2025 menunjukkan performa yang mixed, namun secara keseluruhan berada dalam tren penguatan.
“Tahun ini saham-saham KBMI 1 cenderung menguat karena ekspektasi pasar bahwa bank kecil akan ‘dipaksa’ naik kelas. Market sudah mem-price in potensi konsolidasi dan aksi korporasi,” ujar Wafi.
Saham-saham seperti Bank Oke Indonesia (DNAR), Bank China Construction (MCOR), Bank Neo Commerce (BBYB), Bank Panin Syariah (PNBS), Bank Raya (AGRO), hingga Bank Jago (ARTO) sempat mencatat reli kuat. Namun volatilitasnya juga sangat tinggi seiring spekulasi pasar terhadap kebutuhan penambahan modal.
Ke depan, prospek saham KBMI 1 dinilai tetap positif jika pemerintah benar-benar mendorong mereka agar naik kelas.
“Arahan OJK untuk naik ke KBMI 2 membuat pasar berekspektasi akan ada tambahan modal, strategic partner baru, hingga penguatan bisnis digital. Tapi risikonya besar—kalau gagal tambah modal, saham bisa drop cepat,” ungkap Wafi.
Untuk saat ini, Wafi menyarankan strategi trading dibandingkan investasi jangka panjang.
“Strateginya trading saja. Momentum saham-saham KBMI 1 masih didorong sentimen regulasi dan aksi korporasi, bukan kinerja fundamental,” jelasnya.
Wafi pun memberikan rekomendasi saham ARTO karena momentum teknikal masih kuat, ekspektasi sinergi ekosistem digital dengan target Rp 2.200.
Selain itu, AGRO karena ekspektasi aksi korporasi lanjutan dari BRI Group dengan target Rp 350 per saham, dan BBYB karena sentimen kebangkitan fintech/digital banking dengan target saham Rp 500 per saham.
Selanjutnya: Victoria Insurance Bakal Private Placement Senilai Rp 13 Miliar
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (5/12), Hujan Sangat Lebat Turun di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












