Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) telah ditekan turun beberapa kali tahun ini, pertumbuhan penyaluran kredit multiguna rupanya masih cenderung melambat.
BI mencatat penyaluran kredit multiguna per September 2025 mencapai Rp 1.339,4 triliun, tumbuh 8,0% secara tahunan (year-on-year/YoY). Jika dibandingkan, pertumbuhan periode ini lebih lambat ketimbang pada Agustus 2025 yang mencapai 8,6% YoY dan pada September 2024 yang mencapai 10,8% YoY.
Padahal, pemerintah telah menggenjot penggunaan kredit di masyarakat melalui penurunan suku bunga. Sekadar mengingatkan, BI rate sudah dipangkas lima kali sejak awal tahun 2025, hingga kini posisinya berada di 4,75%.
Namun, rupanya itu belum diikuti oleh penurunan suku bunga kredit di sejumlah bank. Misalnya, di PT Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPD DIY).
Baca Juga: BPD DIY Catatkan Kredit Multiguna Capai Rp 4,47 Triliun pada Agustus 2025
Direktur Pemasaran dan Unit Usaha Syariah BPD DIY Raden Agus Trimurjanto menjelaskan, saat ini suku bunga yang ditawarkan di kantor bank untuk produk kredit masih di kisaran 8,5% – 9,5%. Namun begitu, ia memastikan pihaknya segera melakukan penyesuaian.
“Dalam rangka penetrasi dan menjawab turunnya suku bunga acuan, kami menurunkan suku bunga terendah mencapai 7,5% untuk momentum sampai Desember 2025,” ujar Agus kepada Kontan, Senin (17/11/2025).
Per Oktober 2025, BPD DIY mencatatkan penyaluran kredit multiguna sebesar Rp 4,47 triliun. Dibandingkan posisinya pada periode sama tahun sebelumnya di level Rp 4,44 triliun, pertumbuhan yang ditorehkan tergolong tipis, yakni 0,58% YoY.
Kendati begitu, capaian ini sebenarnya sudah setara dengan 89% rencana anggaran bank di posisi Rp 5 triliun hingga akhir tahun nanti. Pun, Agus memastikan kualitas kredit bank terjaga dengan posisi not performing loan (NPL) di level 2,25%.
Baca Juga: Terdampak Penurunan Daya Beli, Penyaluran Kredit Multiguna Bank Masih Lesu
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) masih berhasil mencatatkan pertumbuhan lebih baik meski masih di bawah level industri. Per kuartal III-2025, total outstanding pinjaman konsumer lainnya bank mencapai Rp 23,5 triliun, tumbuh 6,9% YoY.
Ketika ditanyai soal penyesuaian suku bunga, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang pihaknya perlu mencermati berbagai hal. Termasuk, likuiditas perbankan.
“Perkembangan suku bunga acuan, parameter makroekonomi lain, situasi pasar mencakup permintaan dan penawaran yang ada, serta kondisi likuiditas perbankan baik dari sisi kredit maupun deposito akan kami cermati,” jelas Hera.
Untuk diketahui, kredit multiguna melalui produk Personal Loan BCA memiliki suku bunga di level 12% – 12,84% per tahun.
Di luar kondisi kredit industri saat ini, Hera bilang pihaknya bakal terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor. Hal itu dilakukan dengan turut mempertimbangkan dinamika makroekonomi domestik maupun global.
Saat ini, mayoritas kredit Personal Loan BCA digunakan untuk berbagai kebutuhan sehari-hari nasabah, biaya pengobatan, liburan, hingga pendidikan. Ke depannya, Hera menilai permintaan kredit masih berpotensi tumbuh.
“BCA melihat pertumbuhan Personal Loan karena adanya peningkatan kebutuhan nasabah, sekaligus perluasan basis nasabah kami,” pungkas Hera.
Selanjutnya: Segera Melibatkan Pihak Ketiga, Pertamina Lakukan Pengecekan Rutin Kualitas BBM
Menarik Dibaca: Panorama Jalur Jakarta-Bandung jadi Daya Tarik, Pelanggan KA Parahyangan Naik 41,75%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













