Reporter: Issa Almawadi, Nina Dwiantika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tahun ini, perlambatan kredit menjadi momok menakutkan yang harus dihadapi perbankan. Kredit properti diprediksi menjadi salah satu sektor kredit yang terkena dampak signifikan.
Aturan pembatasan uang muka (DP) atau loan to value (LTV) menyebabkan perbankan pesimistis menatap tahun 2014. Contoh, Bank Tabungan Negara (BTN).
Bank spesialis kredit pemilikan rumah (KPR) ini hanya mematok pertumbuhan single digit atau kurang dari 10%.Maryono, Direktur Utama BTN, menyatakan, pertumbuhan KPR maksimal tumbuh 6,2% di tiga bulan pertama tahun ini.
Target BTN ini jauh di bawah kinerja sepanjang tahun 2013. Proyeksi Maryono, BTN bisa membukukan pertumbuhan kredit sebesar 22%-23% di sepanjang tahun 2013.
"Permohonan baru KPR memang menurun karena kebijakan LTV dan faktor seasonal," ujar Maryono kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Meski melambat, hal ini dinilai tidak akan memengaruhi rasio kredit bermasalah atawa non-performing loan (NPL) BTN.
BTN berharap, bisa menekan NPL di kisaran 3,24%. Di akhir tahun 2013, NPL BTN bergerak di kisaran 4%.
Kendati pesimistis, Maryono meyakini akan terjadi pemulihan permintaan menjelang hajatan pemilu 2014. Sesuai dengan rencana bisnis bank (RBB), BTN mengincar pertumbuhan kredit sekitar 18% hingga akhir tahun nanti. Salah satu strateginya, BTN akan menggenjot menawarkan kredit konstruksi dan infrastruktur.
Nada pesimistis juga datang dari Bank Central Asia (BCA).Henry Koenaifi, Direktur Konsumer BCA, mengatakan, pihaknya hanya membidik pertumbuhan KPR 8% hingga maksimal 12%.
"Aturan LTV untuk KPR pertama dan kedua berpengaruh besar pada pertumbuhan kredit kami," terang Henry. Ini jelas pukulan berat bagi BCA. Maklum, KPR merupakan kontributor terbesar pada kredit konsumer.
Sejak akhir 2013
Sejatinya, perlambatan kredit properti telah terlihat sejak akhir tahun 2013. Pada akhir Desember 2013, penyaluran KPR BCA stagnan atau tidak banyak berubah dari pencapaian di kuartal III 2013.
Realisasi KPR BCA per akhir September 2013 sebesar Rp 52,46 triliun. "Kami melakukan penyesuaian pada sektor ini (KPR)," ujar Henry.
BCA akan menempuh sejumlah penyesuaian, semisal selektif memproses kredit baru, untuk mencegah kenaikan NPL. Di akhir tahun 2013, NPL KPR bertengger di level 0,5%-0,8%.
Prediksi para bankir tersebut sesuai hasil survei Bank Indonesia (BI). Pelemahan kredit perbankan tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) hasil survei permintaan kredit baru di di kuartal IV 2013.
Angka SBT menurun menjadi 88,5% dari kuartal sebelumnya sebesar 90%. Penurunan terbesar adalah kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen (KPR/KPA),
Pemicu perlambatan adalah penerapan aturan LTV pada September 2013. Faktor lain, kenaikan suku bunga acuan. Survei BI, pertumbuhan kredit melambat menjadi 19,1% di kuartal I 2014
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News