Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mendapat restu untuk mengakuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) pada Kamis lalu (5/8), Presiden Bangkok Bank Chartsiri Sophonpanich memastikan pihaknya tak akan melakukan aksi akuisisi lain sebagaimana banyak dikabarkan beberapa media belakangan.
“Kami tidak memiliki rencana untuk mengakuisisi bank lain di Indonesia atau di negara lainnya dalam waktu dekat,” katanya seperti dikutip Bangkok Post, Sabtu (7/3).
Kontan.co.id sebelumnya memberitakan, alih-alih mengakuisisi bank lain untuk kemudian digabungkan dengan Bank Permata, Bangkok Bank bakal mengintegrasikan tiga unit bisnisnya di Indonesia yang berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Baca Juga: Pemegang saham Bangkok Bank akhirnya restui akuisisi Bank Permata
Integrasi ini juga sejalan dengan arahan konsolidasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui POJK 41/POJK.03/2019 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, Integrasi, dan Konversi Bank Umum. Lagi pula integrasi kantor cabang ini juga telah dipaparkan penasihat keuangan Bangkok Bank yaitu Discover Management Company Limited akhir Januari lalu.
"Kami saat ini memiliki tiga cabang di Indonesia dengan nilai aset Rp 36,07 triliun atau setara 23,26% aset Bank Permata pada September 2019. Setelah transaksi, dan mendapat izin dari OJK, kami berencana menggabungkan kantor cabang tersebut di bawah naungan Bank Permata,” tulis Bangkok Bank.
Dari penelusuran Kontan.co.id, integrasi kantor cabang ini juga bakal serta merta meningkatkan kelas Bank Permata menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4. Ini juga sesuai dengan target Bangkok Bank dalam publikasi rencana akuisisi beberapa waktu lalu.
Modal inti Bank Permata tahun lalu terhimpun Rp 22,15 triliun dengan pertumbuhan 10,72% (yoy). Menjadi BUKU 4, BNLI artinya masih butuh setidaknya tambahan modal Rp 8 triliun. Adapun, Kantor Cabang Bangkok Bank Jakarta per September 2019 lalu tercatat punya modal Rp 22,29 triliun, dimana modal disetor senilai Rp 3,69 triliun, dan dana usaha sebesar Rp 17,20 triliun.