kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekan NPL, bank masih sibuk restrukturisasi kredit


Selasa, 15 Agustus 2017 / 12:30 WIB
Tekan NPL, bank masih sibuk restrukturisasi kredit


Reporter: Galvan Yudistira, Yuwono Triatmodjo | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Hingga akhir Juni 2017, porsi restrukturisasi kredit perbankan bertambah besar. Mengutip data Bank Indonesia (BI), di akhir medio 2017 jumlah restrukturisasi kredit tercatat menjadi 5,55% terhadap total kredit bank, dari realisasi per Maret 2017 yang sebesar 5,49%.

Sejumlah bankir membenarkan ada peningkatan restrukturisasi. Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama Bank Central Asia (BCA) bilang, kredit yang direstrukturisasi BCA mayoritas terjadi di bisnis angkutan laut, properti dan sarana transportasi.

"Proses restrukturisasi dijalankan, dengan tetap memperhatikan proses bisnis dan aspek komersialnya," ucap Jahja kepada KONTAN, Senin (14/8). Hingga Juni 2017, jumlah kredit yang direstrukturisasi BCA mencapai 1,4% dari total kredit. Sebagian kredit yang direstrukturisasi ini masuk dalam kategori lancar dan dalam perhatian khusus.

Nixon Napitupulu, Direktur Bank Tabungan Negara (BTN) mengatakan, restrukturisasi kredit BTN mayoritas mencakup debitur sektor perumahan. "Sektor yang banyak dilakukan restrukturisasi adalah perumahan dan konstruksi perumahan," tutur Nixon.

Hingga Juni 2017, BTN merestrukturisasi kredit senilai total Rp 9,45 triliun, naik dari akhir tahun 2016 sebesar Rp 8,38 triliun (lihat tabel). Kata Nixon, pada semester II-2017 sebanyak 15.000 debitur rumah BTN akan menjalani restrukturisasi kredit.

Contoh lainnya tergambar dalam riset Hendry Wibowo dan Alvin Baramuli, analis PT Bahana Sekuritas yang dirilis 1 Agustus 2017. Riset itu menyebutkan, Bank Negara Indonesia (BNI) sepakat mengonversikan piutangnya di PT PANN Pembiayaan Maritim, menjadi kepemilikan 48,4% saham di perusahaan pelat merah tersebut.

Hal tersebut dilakukan oleh BNI demi mendapatkan kesepakatan jaminan yang lebih baik, lantaran agunan berupa 8 kapal PANN hanya bernilai 30% dari nilai nominalnya.

Secara garis besar, Yuddy Renaldi, SEVP Remedial & Recovery BNI menerangkan, untuk menghindari naiknya jumlah restrukturisasi, BNI berupaya keras menjaga dan memantau secara ketat performa, operasional dan arus kas debitur. "Ini agar BNI dapat segera mendeteksi lebih awal jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dari debitur dikemudian hari," ujar dia.

Bank lain yakni Bank Permata dalam laporan keuangan semester I-2017 menyebut terdapat portofolio kredit senilai Rp 9 triliun di akhir tahun 2016 yang berisiko sangat tinggi. Bank Permata lantas memutuskan melikuidasi portofolio itu secara bertahap, agar non-performing loan (NPL) bank ini ikut turun.

Seperti pernah ditulis KONTAN, 4 Maret 2017, Bank Permata pernah menjual kredit bermasalah senilai Rp 1,12 triliun kepada perusahaan asal Luksemburg yaitu CVI CVF III LUX Master SARL. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×