Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan adanya pemanfaatan teknologi digital, perbankan semakin leluasa untuk mendorong tingkat efisiensi bisnis. Terutama dari sisi penghematan biaya operasional maupun ongkos transaksi perbankan secara harian.
Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Thomas Wahyudi mengatakan, saat ini transaksi melalui digital di perseroan kini sudah mencapai 95%.
Menurutnya, angka tersebut sudah jauh melesat tinggi dibandingkan angka pada 10 tahun lalu yang masih ada di kisaran 83%. Pertumbuhan yang sangat cepat ini diakui Thomas disumbang dari lebih singkat dan efisiennya proses transaksi perbankan saat ini dengan adanya perkembangan teknologi.
Nah, dari sisi biaya bank berlogo pitas emas ini menyebut bahwa transaksi menggunakan mobile atau internet banking merupakan yang paling murah bagi perbankan. "Sementara transaksi melalui cabang menjadi channel yang paling mahal," katanya.
Praktis, dengan transaksi melalui digital yang sudah mencapai 95% biaya operasional di cabang pun menjadi paling terbantu dari sisi efisiensi. Sayangnya, Thomas tidak dapat merinci secara detail besaran biaya yang dihemat oleh perseroan dengan adanya digital.
Namun, dari sisi transaksi perbankan secara ritel pundi-pundi cuan menjadi semakin tebal. Hal ini tercermin dari fee based income (FBI) dari transaction banking retail Bank Mandiri yang sampai November 2019 sudah mencapai Rp 2,6 triliun, meningkat lebih dari 7%.
"Perkembangannya memasang sangat cepat, di tahun depan kami optimis bisa tumbuh lebih baik lagi," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/12). Sementara itu, hingga penghujung tahun ini Bank Mandiri memperkirakan fee dari transaksi retail bisa mencapai Rp 2,9 triliun.
Senada, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Dadang Setiabudi menuturkan bahwa dengan adanya digital biaya operasional menjadi semakin efisien. Hal ini menurutnya disebabkan oleh digitalisasi yang menganut konsep kolaborasi, alias sharing infrastruktur.
Di samping itu, teknologi juga membuat perbankan lebih efektif dari sisi sumber daya manusia (SDM). Lewat penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) misalnya, perseroan tak hanya dapat mengurangi tenaga kerja, tapi bisa mengalihkan tenaga kerja menjadi lebih customer oriented.
"Memanfaatkan AI dalam melakukan pemasaran maupun operasional bisa membuat BOPO (beban operasional dan pendapatan operasional) ditekan," katanya.
Sebagai informasi saja, per Oktober 2019 total laba operasional BNI sudah menembus Rp 16,05 triliun atau naik 8,51% secara year on year (yoy).
Sementara itu, PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) juga sudah mulai mematangkan pengembangan layanan berbasis digital. Terbaru, perseroan meluncurkan AI bertajuk virtual interactive online assistant atau Viola.
Direktur Informasi Teknologi dan Operasi Bank Bukopin Adhi Brahmantya mengatakan dengan adanya teknologi tersebut perseroan bisa memangkas biaya customer service cukup signifikan terutama untuk call center.
Pasalnya, menurut catatan perseroan saat ini biaya yang dikeluarkan untuk call center setiap bulannya mencapai Rp 600 juta. Pihaknya menyebut dapat menghemat sebanyak Rp 50 juta per bulan dengan memanfaatkan teknologi AI.
"Biaya seperti kertas, dan kebutuhan hariannya itu bisa dihemat dengan adanya teknologi. Akan kami dorong terus," kata Adhi kepada KONTAN, Kamis (12/12).
Sebagai informasi, Viola merupakan pengembangan dari artificial intelligence (AI) berbentuk chatbot yang dapat mendeteksi pertanyaan dan secara langsung merespons pertanyaan atau permintaan yang diajukan oleh nasabah.
Inovasi di era digital yang dilakukan oleh Bank Bukopin ini, akan menghilangkan fungsi Customer Service (CS). Menurutnya, di beberapa kantor cabang, CS dan Call Center sudah menjadi satu layanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News