Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendala berulang kali mendera industri multifinance. Setelah tertekan akibat penjualan kendaraan motor yang stagnan, kini giliran penyebaran virus corona yang membayangi industri pembiayaan.
Awalnya Asosisi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memperkirakan pembiayaan multifinance tumbuh 4% tahun ini. Namun akibat corona, pembiayaan multifinance diprediksi hanya tumbuh 1% atau bahkan kurang dari itu.
Baca Juga: Debt collector dilarang melakukan penarikan kendaraan, ini penjelasan OJK
“Pertumbuhan pembiayaan bisa sampai minus, tapi itu bergantung berapa lama penyelesaian corona ini. Kami sekarang bicara jangka pendek bukan lagi jangka panjang karena dampaknya sudah terasa,” kata Ketua APPI Suwandi Wiratno kepada Kontan.co.id, Jumat (27/3).
Menurutnya, seluruh produk pembiayaan terimbas corona bukan hanya kendaraan bermotor. Tren perlambatan sudah terasa sejak awal tahun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sampai Januari 2020, realisasi pembiayaan industri multifinance senilai Rp 449,44 triliun atau hanya tumbuh 2,42% secara year on year (yoy).
Guna mengantisipasi dampak berkepanjangan, ia berharap para debitur yang masih mempunyai pekerjaan tetap melunasi kredit agar multifinance bisa membayarkan pinjaman ke perbankan. Jika tidak begitu, maka siklus perputaran keuangan di masyarakat tidak berjalan.
“Multifinance kasih pinjaman ke debitur, tapi kami juga pinjam dari bank sebagai debitur. Bank juga menjadi debitur karena mendapat dana dari masyarakat lewat deposito dan tabungan. Kalau kami tidak bisa bayar ke bank berarti bank juga tidak bayar ke masyarakat,” jelas Suwandi.
Baca Juga: Gara-gara corona, sejumlah multifinance akan merevisi target pembiayaan tahun ini
Sementara itu, kinerja PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) per Maret 2020 masih sesuai harapan. Namun kemungkinan ke depan akan tertekan akibat corona. Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menyebut, debitur dari sektor pariwisata terkena imbas paling besar.
Atas hal itu, OJK keluarkan kebijakan relaksasi bagi industri multifinance mulai dari penundaan pembayaraan bagi debitur melalui skema channeling dan joint financing. Multifinance juga bisa mengajukan restrukturisasi kredit bank jika menggunakan skema executing.
Baca Juga: Kapan bunga kredit turun usai BI pangkas suku bunga? Ini jawaban bankir
Hingga saat ini, Cimb Niaga Finance belum memutuskan melakukan restrukturisasi pinjaman dari bank karena masih berkomunikasi secara intens kepada perbankan sebagai kreditur. Perusahaan juga tengah memantau portofolio pembiayaan yang menjadi acuan dalam penyelerasan program stimulus ini.
“Kami masih diskusi dengan seluruh bank yang menjadi patner CIMB Niaga Finance terkait program stimulus yang disosialisasikan oleh OJK kemaren,” ungkapnya.
PT Buana Finance Tbk masih mengkaji terkait restrukturisasi pinjaman bank sambil memantau kondisi dan dampak corona terhadap bisnis perusahaan. Corporate Secretary Buana Finance Ahmad Kaetami mengatakan, pendanaan bank saat ini masih cukup dan belum berniat menambah lagi.
“Untuk saat ini masih cukup. Sampai dengan Januari 2020 outstanding pinjaman Rp 3,6 triliun, ekuitas Rp 1,2 triliun berarti pendanaan cukup,” kata Ahmad.
Baca Juga: Antisipasi dampak corona, multifinance juga dapat stimulus dari OJK
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News