Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perbankan mengalap berkah dari momen Ramadan dan Lebaran yang akan segera tiba. Salah satunya melalui layanan remitansi alias pengiriman uang. Transaksi remitansi pada bulan puasa rata-rata meningkat antara 30% hingga 40% dibandingkan bulan biasa.
Riza Zulkifli, SVP Mass Banking Bank Mandiri, memprediksi, peningkatan transaksi remitansi hingga 30% pada bulan Ramadan tahun ini. Artinya, lebih tinggi dibandingkan momen yang sama tahun lalu sebesar 20%. "Umumnya Ramadan tinggi untuk kiriman uang dalam menyambut puasa dan lebaran," katanya kepada KONTAN, Selasa (24/6).
Tak cuma Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga memetik berkah dari Ramadan. Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI, menaksir, jumlah transaksi remitansi selama Ramadan bakal naik 40%. Sebagai perbandingan, transaksi pengiriman pada bulan-bulan biasa tahun lalu sekitar 190.483 per bulan. Namun, khusus di bulan Ramadan, transaksinya melambung tinggi menjadi 267.063.
Nilai pengiriman uang di BRI mencapai Rp 949 miliar pada Ramadan tahun lalu. Padahal, di bulan biasa, nilainya hanya Rp 652 miliar. "Biasanya setelah memasuki bulan puasa baru terasa lonjakan yang signifikan," terang Budi.
Bank pelat merah lainnya, Bank Negara Indonesia (BNI) juga memperkirakan kenaikan transaksi remitansi meningkat 30% saat Ramadan ketimbang bulan-bulan lainnya. BNI mengincar kenaikan transaksi remitansi 10%-20%.
Untuk mengantisipasi meningkatnya transaksi remitansi, BNI meningkatkan kualitas pelayanan. Misalnya, mengoperasikan remittance processing centre pada hari Sabtu-Minggu, sehingga kiriman dari Timur Tengah, termasuk dari Arab Saudi, bisa diproses pada hari yang sama.
"Begitu pun dengan customer inquiry unit (call centre remittance) yang akan beroperasi tujuh hari dalam seminggu," ujar Abdullah Firman Wibowo, SVP Head of International Banking BNI.
BNI mencatat ada lima negara penyumbang transaksi remitansi terbesar, yakni Malaysia, Arab Saudi, Amerika Serikat, Singapura dan Uni Emirat Arab. "Dari sisi volume, penyumbang terbesar dari AS, Singapura dan Hong Kong karena porsi pengirim uang lebih dari 90% berasal dari corporate remittance," kata Abdullah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News