Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transformasi digital yang dilakukan semua sektor bisnis akan mendorong biaya dalam mengakuisisi dan mengembangkan talent digital akan semakin mahal. Nilai tawar talent-talent digital semakin mahal karena persaingan yang cukup ketat di berbagai industri, termasuk di perbankan.
Kondisi ini tentu bisa semakin mendorong peningkatan biaya tenaga kerja di perbankan. Di Singapura, menurut laporan Staits Times, gaji talent digital diperkirakan bakal naik 15%-30% hingga tahun 2023. Di dalam negeri, peningkatan juga kemungkinan akan terus terjadi.
Biaya tenaga kerja perbankan pada tiga bulan pertama tahun ini, terutama bank-bank besar, mengalami peningkatan pada kuartal I 2022. Padahal beberapa bank justru mencatat pengurangan jumlah karyawan.
Menanggapi hal itu, beberapa bankir di Tanah Air mengakui bahwa biaya tenaga kerja perbankan ke depan tentu masih akan naik. Biaya untuk talent digital akan meningkat sejalan dengan transformasi digital dan remunerasi ke karyawan eksisting untuk semakin mendorong performa perusahaan.
Baca Juga: Bank OCBC NISP Catat Kenaikan Transaksi Melalui ONe Mobile Sebesar 60%
Namun, kenaikan biaya tenaga kerja talent digital masih akan bisa dikelola dengan baik sejalan dengan pertumbuhan kinerjanya.
"Untuk bank seperti kami yang mau masuk ke digital, tentu perlu mengakuisisi talent digital, tapi itu beberapa saja untuk yang ekspert. Selebihnya kami kembangkan sendiri secara organik jadi bagian dari talent management," kata Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN kepada Kontan.co.id, Jumat (10/6).
Setiyo Wibowo, Direktur Manajemen Risiko dan Transformasi BTN menjelaskan, BTN gencar melakukan transformasi secara menyeluruh dalam tiga tahun terakhir, mulai dari sisi governance, proses bisnis, produk maupun dari sisi human capital.
Dia menambahkan, BTN saat ini sedang menyusun roadmap lima tahun ke depan, termasuk strategi melakukan akuisisi talent, pengembangan karyawan, akselerasi, serta retensi. Pasalnya, karyawan pada akhirnya akan menjadi modal utama BTN untuk mencapai targetnya sebagai bank KPR terbaik di Asean pada tahun 2025.
"Kami akan menjaga life cycle dari karyawan ini sebaik-baiknya, mulai dari akuisisi, development, akselerasi termasuk apresiasi atau retention. Itu tentu ada dampaknya ke pertumbuhan biaya tenaga kerja. Namun, kenaikan itu dalam rencana kami masih akan ada di kisaran yang wajar yakni sekitar 8%-12%," kata Setiyo. Menurutnya, tingkat remunerasi karyawan BTN saat ini masih cukup baik yakni dengan percentile 70%-80% dari industri.
Sementara Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, beban tenaga kerja BRI meningkat di tiga bulan pertama sejalan dengan masuknya Pegadaian dan PNM jadi anak usaha perseroan.
Sementara ke depan, BRI melihat bahwa pertumbuhan bisnis yang didukung dengan perkembangan teknologi yang cepat dan kompetitif memerlukan human capital yang unggul merupakan salah satu faktor penting agar perseroan bisa mencapai target pertumbuhan bisnis sesuai yang sudah dicanangkan.
Namun, Aestika tidak merinci berapa target pertumbuhan biaya tenaga kerja tahun ini. "Sesuai strategi remunerasi perseroan untuk mendorong performance driven culture, BRI memberikan cash compensation kepada pekerja yang ditentukan berdasarkan kinerja," ujarnya.
Baca Juga: Bank Gencar Mendirikan Anak Usaha Modal Ventura
Selain itu, BRI juga memberikan insentif dan bonus kepada pekerja untuk mendorong motivasi Pekerja dalam mencapai dan melampaui target yang ditetapkan Perusahaan di tengah kondisi pandemi Covid-1 dan situasi perekonomian global maupun nasional yang menantang. Untuk memenangkan persaingan, sistem pengelolaan remunerasi yang baik merupakan strategi BRI.
Sementara peningkatan beban tenaga kerja BNI di triwulan pertama didorong oleh dua hal menurut managemen perseroan. Pertama, karena BNI mengejar percentile remunerasi di pasar untuk posisi tertentu, khususnya untuk para leader dimana persentase penyesuaian gajinya sedikit lebih tinggi dari pasar.
Kedua, sebagai besar kenaikan itu dialokasikan untuk motivational reward atau bonus tahunan. Bonus naik seiring dengan peningkatan kinerja BNI akhir tahun 2021 yang lebih baik dibanding tahun 2020. Namun, tak dirinci berapa perkiraan peningkatan biaya tenaga perseroan tahun ini.
PT Bank Mandiri Tbk berdasarkan laporan keuangannya menggelontorkan biaya tenaga kerja secara konsolidasi sebesar 5,81 triliun pada kuartal I 2022. Itu meningkat 5,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY). Padahal, jumlah karyawan bank ini menyusut 265 orang secara YoY menjadi 37.750 orang hingga Maret.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengeluarkan biaya tenaga kerja Rp 3,9 triliun atau naik 4,8% yoy, sedangkan jumlah karyawan bank swasta terbesar ini menyusut menjadi 50.376 dari 51.880 pada Maret 2021. Adapun beban tenaga kerja Bank CIMB Niaga naik 3,8% jadi Rp 1,11 triliun.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menggelontorkan biaya tenaga kerja Rp 827 miliar di tiga bulan pertama tahun ini, meningkat 8,2% secara yoy. Namun, jumlah karyawannya juga meningkat 248 orang dalam setahun jadi 11.381 orang hingga Maret 2022.
Biaya tenaga kerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) secara konsolidasi mencapai Rp 9,57 triliun atau naik 1,8% dari Rp 9,4 triliun per Maret 2021. Seban secara bank only turun dari Rop 7,4 triliun jadi Rp 7,17 triliun. Sedangkan jumlah karyawannya turun 270 dalam setahun jadi 79.115 orang per Maret 2022.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berkurang 72 orang dari akhir tahun lalu menjadi 27.105 orang pada Maret 2022. Tetapi dibanding periode yang sama tahun lalu ada kenaikan 111 orang. Sedangkan beban tenaga kerja bank ini meningkat 7,8% yoy jadi Rp 2,93 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News