Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara dalam beberapa tahun terakhir mulai dikurangi seiring dengan target pemerintah untuk menuju nol emisi karbon. Alhasil, segmen tersebut tak masuk kategori hijau.
Meski demikian, peluang untuk menjadikan segmen batubara dalam kategori kredit hijau terbuka akhir-akhir ini. Maklum, manfaat dari adanya PLTU Batubara tak bisa semerta-merta dihilangkan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan saat ini sedang dilakukan pengkajian agar memperluas indikator pembiayaan untuk PLTU Batubara masuk dalam kategori hijau.
Sebelumnya, pembiayaan terhadap PLTU Batubara disebutkan bisa masuk kategori hijau jika hanya digunakan untuk transisi energi. Kini, kajian diperluas dengan melihat peran PLTU Batubara yang digunakan untuk menghasilkan produk hijau dan berkelanjutan.
Baca Juga: OJK: Kredit ke PLTU Batubara Berpeluang Masuk Kategori Hijau
Dalam hal ini, bisa saja PLTU Batubara tersebut digunakan sebagai sumber energi untuk pembuatan baterai maupun kendaraan listrik. Saat ini kajian tersebut dilakukan secara keseluruhan baik dari produksi hulu ke hilir. Hingga pada akhirnya, bisa ditentukan masuk taksonomi hijau atau tidak.
Menurutnya, jika hasil kajian tadi menyebutkan PLTU Batubara bisa memberikan dampak positif yang lebih besar terhadap industri terbarukan ketimbang tidak dibangun sama sama sekali, bukan tidak mungkin, akan masuk kategori hijau.
“Ada kemungkinan hitung-hitungan yang bisa dinyatakan secara satu kesatuan integrasi rantai pasok itu dianggap hijau,” ujar Mahendra.
Ekonom Perbankan Binus University Dody Arifianto melihat wajar jika kajian tersebut dilakukan. Mengingat, sektor pertambangan termasuk batubara di Indonesia tergolong besar.
Dody pun berpendapat bahwa hal tersebut tentu akan meningkatkan kredit perbankan ke PLTU Batubara. Data OJK mencatat kredit ke sektor listrik, gas dan air tercatat turun dari Rp 170,58 triliun di Juni 2022 menjadi Rp 157,3 triliun di Juni 2022.
“Harus realistis, itu harus dilakukan tidak semerta-merta yang berhubungan dengan batubara langsung tidak masuk kategori hijau, bahaya itu,” ujar Dody.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyambut baik rencana tersebut. Sebab, ia sependapat bahwa kebutuhan batubara masih besar.
“Kebutuhan batubara cukup banyak, cukup menarik,” ujar Jahja.
Baca Juga: Portofolio Pembiayaan ESG Bank Pelat Merah Terus Diperbesar
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn menambahkan seluruh pembiayaan BCA senantiasa wajib memenuhi persyaratan perkreditan, dengan tetap memperhatikan dampak terhadap aspek lingkungan dan sosial.
Sebagai informasi, komposisi kredit BCA untuk sektor PLTU sangat kecil. Hera mencatat nilainya bahkan tidak sampai 1% dari total pembiayaan BCA per Juni 2023.
Sementara itu, penyaluran kredit ke sektor-sektor berkelanjutan naik 6,9% YoY mencapai Rp 181,2 triliun di Juni 2023, berkontribusi hingga 24,3% terhadap total portofolio pembiayaan BCA. Di mana, pembiayaan hijau mencapai Rp 71 triliun atau turun 5,2% YoY.
Kontribusi terbesar segmen pembiayaan hijau di BCA banyak berasal dari sumber daya alam dan penggunaan lahan berkelanjutan. Nilai totalnya mencapai Rp 55,9 triliun atau turun 8,3% YoY.
“Pembiayaan berkelanjutan BCA salah satunya mengalir ke sektor energi terbarukan, dengan total kapasitas energi yang dihasilkan mencapai 210 MW,” ujar Hera.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Bank KB Bukopin Robby Mondong bilang saat ini induk perusahaan dari bank tersebut belum terlibat aktif dalam pembiayaan sektor tambang.
“untuk saat ini appetite kami untuk merambah kredit ke PLTU batubara masih sangat terbatas,” ujar Robby.
Ia bilang untuk pembiayaan terkait kebutuhan listrik, KB Bukopin berpartisipasi di dalam kredit sindikasi PLN tahun 2023 untuk proyek energi terbarukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News