Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
“Segmentasi kami khusus kepada UMKM yang berbadan hukum, baik CV, maupun PT. Segmennya juga cukup spesifik untuk menyasar UMKM berbasis supply chain sehingga produk pembiayaan yang kami sediakan juga seperti tagihan invoice, PO, SPK,” jelasnya dalam kesempatan serupa.
Selain dari kriteria calon debitur, sebagai perusahaan teknologi, Adrian juga mengaku turut memanfaatkan teknologi sebagai bekal mitigasi risiko. Investree misalnya membangun peringkat kredit calon debitur berbekal kecerdasan buatan, dan machine learning dari arus kas alih-alih dari aset.
Baca Juga: Bank sudah siapkan sistem untuk implementasikan QRIS berbasis CPM
Tahun lalu, Adrian bilang Investree telah berhasil menyalurkan pembiayaan hingga Rp 2,6 triliun. 35% dari nilai tersebut atau setara Rp 910 miliar berasal dari pemberi dana institusional yang terdiri dari empat bank, dan dua perusahaan pembiayaan.
Tercatat ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang sudah menggelar kerja sama serupa.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari bilang mekanisme kemitraan ini memang jadi salah satu strategi menciptakan model bisnis anyar, sekaligus sebagai pemicu pertumbuhan terutama di segmen kredit mikro.
“Pada tahap awal, target kami bisa menyalurkan kredit mikro hingga Rp 200 miliar dengan skema chaneling seperti ini. Saat ini kami juga tengah menjajaki kolaborasi dengan beberapa platfrom pendanaan daring,” katanya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Demi penuhi PSAK 71, BTN cuma bagikan dividen Rp 20,92 miliar
Bank terbesar di tanah air ini, bersama dua entitas anaknya tercatat mulai getol menggelar skema kemitraan ini sejak tahun lalu.
“Saat ini kami sudah menyalurkan kredit Rp 50 miliar dengan skema chaneling ini. Hingga akhir tahun kami targetkan nilainya bisa mencapai Rp 100 miliar, dan bisa menggandeng empat hingga lima platform lain,” kata Plt. Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang kepada Kontan.co.id.