Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir tahun lalu, aktivitas uang elektronik kian menggeliat. Hal ini sejalan dengan penetrasi uang elektronik di masyarakat dan tingginya kebutuhan menjelang akhir tahun 2019.
Merujuk data Analisis Uang Beredar Bank Indonesia (BI) tercatat pertumbuhan dana float (saldo) uang elektronik yang diterbitkan bank naik 8,6% secara yoy pada November 2019 menjadi Rp 2,6 triliun.
Baca Juga: Tahun ini NPF fintech diprediksikan sentuh 4%, kenapa?
Angka tersebut setara 0,71% dari total uang beredar sempit (M1) yang mencapai Rp 1.553,2 triliun pada periode November 2019.
Jumlah saldo ini jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai Rp 2,4 triliun atau hanya naik 0,5% secara yoy. Setelah pada bulan-bulan sebelumnya sempat mengalami pertumbuhan negatif.
Beberapa bank pemain uang elektronik di Tanah Air pun mengamini bahwa akhir tahun lalu pertumbuhannya terbilang positif. PT Bank Mandiri Tbk misalnya, mencatat pada November 2019 transaksi uang elektronik perseroan yakni E-money tumbuh hingga mencapai 1,06 juta transaksi.
Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi menjelaskan, berkat peningkatan transaksi itu jumlah volume E-money ikut naik 19% secara year on year (yoy) menjadi Rp 14,9 triliun.
Baca Juga: BUMN bersinergi bantu korban banjir di Lebak
Ia menambahkan, prospek uang elektronik berbasis kartu chip ini juga masih punya peluang besar. Sebab, saat ini E-money paling banyak digunakan untuk transaksi di bidang transportasi dengan pangsa pasar penggunaannya sebesar 91% dari total penggunaan E-money di seluruh sektor.
"Ke depannya, kami fokus pada sektor penerimaan transaksi harian untuk kemudahan transaksi masyarakat khususnya pembayaran yang butuh waktu cepat dan tak butuh sinyal," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/1).
Thomas juga mengisyaratkan bahwa Bank Mandiri akan memperluas akseptasi E-money pada pembayaran parkir gedung. Sambil mendorong hal itu, penguasa pasar uang elektronik berbasis kartu ini juga akan meningkatkan kemudahan isi ulang (top up) secara online melalui kerja sama dengan uang elektronik milik BUMN yakni LinkAja.
"Kami juga gandeng merchant online seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Blibli.com yang sudah berjalan," tegasnya.
Alhasil, di tahun 2020 ini, bank berlogo pita emas ini menargetkan penggunaan E-money bisa naik 10%-20% atau sekitar 1,3 hingga 1,4 miliar transaksi.
Baca Juga: Pertengahan tahun 2020, bunga deposito diramal masih berpeluang turun
Menurut kacamata Thomas, uang elektronik pun kini juga sangat lekat dengan kehadiran uang elektronik berbasis server based.
Namun, sejauh ini hal tersebut dinilai tak mempengaruhi penggunaan uang elektronik berbasis kartu. "Justru ini peluang untuk meningkatkan gerakan non tunai di Indonesia," terangnya.
Lagipula, kedua jenis uang elektronik ini menurut Thomas memiliki segmen yang berbeda namun sama-sama memberikan kemudahan transaksi non tunai sekaligus memberikan banyak pilihan bagi masyarakat.
Sementara itu, VP E-channel PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Fajar Kusuma Nugraha menyebut sepanjang tahun 2019 lalu bisnis uang elektronik BNI yakni TapCash naik sebesar 6% secara yoy dengan total transaksi mencapai 55 juta.
Tentunya, untuk mendorong jumlah tersebut pihaknya akan memperbanyak kerjasama atau co-branding dengan beberapa bank swasta maupun bank daerah yang belum memiliki ijin uang elektronik. "Selanjutnya juga ada beberapa inovasi untuk bisnis TapCash dan turunannya yang akan dirilis," ujar Fajar.
Adapun, saat ini menurut catatan BNI sudah ada tiga bank yang menjalin co-branding dengan TapCash BNI. Tahun ini, setidaknya ada lima institusi lagi yang juga akan melakukan kerjasama serupa.
Baca Juga: Meski masih menantang, bankir ramal DPK tahun ini tumbuh lebih tinggi dari 2019
Senada dengan Bank Mandiri, dengan kehadirannya uang elektronik berbasis server tentunya bisa mempercepat penetrasi non tunai. "Setidaknya, tiga tahun ke depan masyarakat masih akan tetap menggunakan kartu (uang elektronik)," katanya.
Namun, di masa mendatang tidak menutup kemungkinan akan ada inovasi yang lebih canggih dari pihak perbankan, tentunya seiring dengan peta biru gerakan non tunai dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Bertambahnya pemain uang elektronik membuat masyarakat terbiasa dan percaya. Apalagi jumlahnya sudah banyak, dan menjadi kebutuhan sehari-hari," sambung Fajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News