kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Walau ekspor impor lesu, DPK valas perbankan tetap melimpah


Senin, 28 September 2020 / 17:49 WIB
Walau ekspor impor lesu, DPK valas perbankan tetap melimpah
ILUSTRASI. Likuiditas valuta asing (valas) perbankan masih terbilang tinggi.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati tren ekspor impor melambat akibat pandemi Covid-19, likuiditas valuta asing (valas) perbankan masih terbilang tinggi. Hal ini tercermin dari total dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan per Juli 2020 yang mencapai Rp 908,08 triliun.

Realisasi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 11,05% secara year on year (yoy) dari periode setahun sebelumnya yang mencapai Rp 817,65 triliun. Bila dirinci, peningkatan tertinggi terjadi dari dana giro valas perbankan yang naik 15,95% yoy menjadi Rp 398,25 triliun. Kemudian, tabungan valas perbankan juga terkerek naik 14,67% yoy menjadi Rp 149,14 triliun.

Hanya deposito valas yang tumbuh satu digit alias hanya naik 4,8% yoy dari Rp 344,14 triliun di bulan Juli 2019 menjadi Rp 360,68 triliun di akhir Juli 2020.

Meski begitu, di sisi lain realisasi DPK valas beberapa bank memang cenderung mengalami perlambatan. PT Bank Mandiri Tbk misalnya mencatat, pada akhir Juli 2020 total DPK valas hanya mencapai US$ 9,4 miliar. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setiawan bilang, angka tersebut hanya tumbuh sebesar 1,9% secara tahunan.

"DPK Valas Bank Mandiri secara bank only tumbuh 1,9% pada akhir Juli 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu," ujarnya, Minggu (27/9) lalu. Sayangnya, Rully tidak merinci penyebab DPK valas hanya tumbuh tipis sejauh ini.

Baca Juga: Jadi penopang saat pandemi corona, bank justru akan mengerem ekspansi kredit valas

Sementara di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), pertumbuhan DPK valas saat ini masih cenderung moderat. Sekretaris Perusahaan Bank BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, pertumbuhan yang terjadi saat ini lebih disebabkan oleh faktor kurs dolar AS terhadap rupiah.

"Aliran cashflow (arus kas) DPK valas salah satunya disebabkan oleh aktivitas ekspor impor, apabila ada perlambatan maka akan mempengaruhi ketersediaan valas," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (28/9).

Meski begitu, saat ini rasio DPK valas di BRI masih terbilang rendah alias hanya 14% dari total DPK BRI. Artinya, kendati pertumbuhannya cenderung melambat, pengelolaan DPK valas di BRI masih dapat dikontrol.

Sampai akhir tahun 2020, BRI optimistis pertumbuhan DPK valas bisa sejalan dengan rencana bisnis atau tumbuh stabil.

Baca Juga: Dilanda Pandemi Corona Covid-19, DPK Valas Perbankan Malah Meningkat

Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem mengatakan pihaknya belum melihat adanya perlambatan dari sisi DPK valas. Sebab, sampai dengan akhir Juni 2020 lalu total DPK valas BCA masih naik 9,2% secara yoy menjadi Rp 51,7 triliun. Adapun, porsi DPK valas di BCA juga terbilang kecil alias hanya 6,78% dari keseluruhan DPK yang mencapai Rp 761,6 triliun di semester I tahun ini.

"Ke depan, BCA akan tetap berkomitmen memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang," ujar Santoso.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Bank BNI Syariah Bambang Sutrisno menyebutkan, sejatinya untuk valas di perbankan terutama BNI Syariah besar atau kecilnya jumlah dana tidak terlalu berpengaruh. Sebab, DPK valas saat ini memang didominasi oleh institusi yang pola penarikannya relatif bisa diprediksi.

Lagipula di BNI Syariah, total DPK valas sangat kecil atau sekitar 5% dari total DPK. Artinya, kalaupun terjadi penurunan, nilainya tidak akan terlalu tinggi. Sekaligus tidak berdampak pada kondisi likuiditas bank secara keseluruhan. "Hanya beberapa nasabah institusi saja (yang membutuhkan valas), jadi kami ikutin pergerakan mereka saja," imbuhnya.

Selanjutnya: Banyak nasabah pilih menimbun dana di tabungan ketimbang deposito, simak penyebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×