kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,98   -12,52   -1.36%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio pembiayaan bank syariah longgar, ini kata BNI Syariah


Kamis, 08 November 2018 / 15:28 WIB
Rasio pembiayaan bank syariah longgar, ini kata BNI Syariah
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah Bank BNI Syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perbankan syariah secara industri sampai dengan kuartal III-2018 lalu masih terbilang longgar bila dibandingkan dengan bank konvensional. Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan per Agustus 2018 financing to deposit ratio (FDR) bank umum syariah (BUS) ada di level 80,45%. Posisi ini cenderung turun dari posisi Agustus 2017 yang mencapai 81,78%.

Hal ini menandakan, ruang pembiayaan BUS masih terbuka lebar paling tidak sampai dengan akhir tahun. Pasalnya, pertumbuhan pembiayaan BUS di Agustus 2018 juga belum deras atau hanya naik 4,65% secara year on year (yoy). Sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sedikit lebih tinggi 6,37% yoy.

Meski begitu, sejumlah BUS yang dihubungi Kontan.co.id mengaku meski FDR terbilang rendah. Pada kenyataannya, realisasi pembiayaan masih tetap tumbuh tinggi walau industri melambat.

PT Bank BNI Syariah misalnya yang menyebut kinerja sampai kuartal III 2018 sejalan dengan rencana ekspansi perusahaan. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati menuturkan, pembiayaan di September 2018 lalu tumbuh sebesar 19% secara yoy. Sementara DPK tumbuh lebih tinggi sebanyak 21% yoy. Alhasil, FDR BNI Syariah ada di level 80% turun dari 81,4% di periode kuartal III 2017. Asal tahu saja, BNI Syariah sejak awal tahun memasang target pertumbuhan rata-rata sebesar 15%

Namun, Dhias mengatakan, pihaknya memang sudah memperkirakan adanya peningkatan DPK yang lebih deras. Alasannya, hal tersebut didorong oleh meningkatnya kesadaran para masyarakat/institusi yang belakangan ini semakin giat menggunakan jasa bank syariah.

Alih-alih tidak memiliki masalah dalam likuiditas, Dhias justru menganggap persoalan yang paling mencolok di bank syariah saat ini yakni tantangan aspek kualitas pembiayaan. "Perbankan syariah masih menghadapi tantangan, terutama aspek kualitas pembiayaan. Dimana non performing financing (NPF) lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/11).

Hal ini lah yang menurut Dhias membuat rasio FDR perbankan syariah terbilang lebih longgar. Pasalnya, BUS termasuk BNI Syariah saat ini tengah fokus pada perbaikan kualitas dan lebih selektif dalam melakukan ekspansi pembiayaan. Memang bila merujuk laporan keuangan BNI Syariah, pada September 2018 NPF BNI Syariah turun ke posisi 3,08% dari tahun sebelumnya 3,29% secara gross.

Lagipula, anak usaha PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ini menyebut kinerja kuartal III 2018 sudah cukup baik, terutama dari perolehan laba bersih yang mencapai Rp 307 miliar atau tumbuh 24% secara yoy. Manajemen BNI Syariah mengatakan, selain karena alasan kehati-hatian, pihaknya juga memupuk DPK untuk memenuhi aturan baru terkait perhitungan likuiditas perbankan.

Sebabnya, per Oktober 2018 Bank Indonesia (BI) memang sudah mulai memberlakukan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang tertuang dalam PBI No.20/4/PBI/2018 yang berfungsi mendorong intermediasi perbankan dan mendukung upaya pengembangan pasar keuangan.

Atas hal itu, Dhias mengungkapkan untuk tahun ini pihaknya akan menjaga FDR di level stabil. Sementara di tahun 2018 mendatang, BNI Syariah menargetkan rasio FDR dan RIM berada di atas 80%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×