kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AAJI: Peran agen masih sangat penting di tengah maraknya insurtech


Minggu, 22 September 2019 / 19:04 WIB
AAJI: Peran agen masih sangat penting di tengah maraknya insurtech
ILUSTRASI. AXA Mandiri


Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelombang digitalisasi telah melanda berbagai sektor, bidang, dan industri termasuk asuransi jiwa. Wiroyo Karsono, Ketua Bidang Marketing & Komunikasi AAJI memandang kesiapan digitalisasi pada industri asuransi sudah matang, karena sudah banyak yang melakukan investasi di teknologi digital.

Selain itu sudah banyak perusahaan asuransi yang bekerja sama dengan perusahaan teknologi digital untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabah agar lebih efisien dan lebih cepat.

Melalui digitalilsasi akan membantu perusahaan untuk memasarkan produk. Namun, tetap memerlukan agen di dalamnya.

Baca Juga: Wow, 100 fintech bakal meramaikan Indonesia Fintech Summit & Expo 2019

"Di asuransi jiwa, produknya dijual bukan dibeli orang. Karena nasabah tidak banyak yang mencari produk asuransi jiwa dengan membeli. namun produk asuransi jiwa dibeli karena ditawari dan dijual oleh para agen. Karakter seperti ini membuat produk dari asuransi jiwa masih memperlukan campur tangan manusia atau agen,"ujar Wiroyo Karsono kepada Kontan.co.id, Minggu (22/9).

Agen asuransi akan tetap menjadi peran utama dalam mendistribusikan produk asuransi jiwa. meskipun ada pengaruh dari Digitalisasai, namun AJJI memandang bukan sebagai kompetitor terhadap agen, tetapi sebagai peran pendukung untuk mengerti terkait asuransi jiwa melalui gadget.

"Ke depan akan lebih banyak perusahaan asuransi jiwa menawarkan produknya lebih aktif di website ataupun bekerja sama sehingga masyarakat dapat memahami produk asuransi termasuk asuransi jiwa," kata Wiroyo Karsono.

Baca Juga: Masuk regulatory sandbox, Qoala dua kali mengirim pelaporan triwulanan ke OJK

Dampak positifnya dari digitalisasi atau insurterch, Menurut Wiroyo, literasi masyarakat terhadap asuransi jiwa akan semakin meningkat. Produk asurasnsi jiwa merupakan produk jangka panjang namun tetap membutuhkan agen untuk mengambil keputusan untuk membeli produk asuransi jiwa tersebut.

Selain itu dengan digitalisasi akan lebih efisien, karena proses end to end dan bisa paperless. Perusahaan asuransi jiwa dapat memakai data analitik yang baik sehingga dapat mengenal perilaku nasabah sehingga ke depannya dapat membuat proses underwriting lebih cepat atau mungkin premi akan lebih murah. Dalam hal ini peran agen dalam mendistribusikan produk asuransi jiwa masih sangat penting.

Sementara itu dari digitalisasi akan dapat meningkatkan jumlah premi dan pemegang polis. Salah satunya dengan menyasar ke pasar milenial yang penetrasi terhadap asuransi jiwa masih rendah karena masih belum bagian dari prioritas. Wiroyo bilang ini merupakan pasar yang besar dan masih kolektif dalam digitalisasi.

"Bila perusahaan asuransi jiwa dapat secara aktif dalam memberikan pengetahuan komunikasi para milenial terkait manfaatnya asuransi, pentingnya asuransi, dengan begitu kedepannya akan meningkatkan inklusi dan penetrasi asuransi," jelas Wiroyo Karsono.

Baca Juga: Begini upaya Sompo untuk meraih laba US$ 100 juta di ASEAN pada tahun 2023

Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) juga saat ini berusaha untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap peran agen yang dibilang sebagai memasarkan produk asuransi.

Menurut Wiroyo, ini merupakan peran AAJI untuk meningkatkan reputasi agen asuransi dengan adanya program khusus untuk para agen asuransi untuk memberikan edukasi, pemahaman, dan melayani nasabah sepanjang polis.

AAJI mendorong para agen untuk melek digital karena ini merupakan hal yang penting kedepannya. AAJI berencana suatu saat agen bisa mendapatkan review atau penilaian dari nasabah agar dapat mengetahui kualitas dari para agen.

AAJI mendorong para agen tidak hanya sekadar mengejar premi. Wiroyo bilang, setiap tahunnya AAJI ada penilaian terhadap para agen yang tidak dilihat dari paling tinggi preminya atau polis. AAJI melihat sejauh mana agen ini dapat mengedukasi masyarakat, menjual secara etis, melayani dengan baik, hal ini yang menjadi pertimbangan utama dari AAJI.

Baca Juga: AAJI yakin bisnis asuransi unitlink masih akan diminati

Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia, AJJI berkoordianasi dengan para perekrut agen untuk merekrut agen yang baik, kemudian di training agar menjadi agen yang berkualitas.

Ke depannya, Wiroyo bilang kebutuhan masyarakat terhadap asuransi jiwa masih membutuhkan perantara agen. Bila tidak ada agen, ke depannya akan memberikan asuransi jiwa melalui digital yang tentunya dengan produk yang sederhana yaitu dengan jangka pendek.

Menurut Wiroyo, untuk jangka panjang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dengan setidaknya adanya customer service.

Hingga saat ini sudah lebih dari 500 ribu agen yang berlisensi yang menurut Wiroyo jumlahnya terus bertambah setiap bulannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×