Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi, Dea Chadiza Syafina | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan siap memantau ketat kondisi keuangan sejumlah bank berskala kecil yang tengah kepayahan. Perbankan yang mengalami penurunan tingkat kesehatan dan tata kelola perusahaan atau good corporate governance (GCG) itu telah mengirimkan action plan ke OJK.
Berdasarkan informasi yang diperoleh KONTAN, ada 10 bank berskala kecil yang kesehatannya terganggu. Namun OJK enggan membeberkan identitas 10 bank tersebut.
Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan OJK, hanya mengatakan, bank-bank itu baru melakukan pencarian investor strategis. Di tahap awal, opsi yang dilakukan untuk pelepasan saham antara lain mencari investor baru. Opsi ini masih dapat berubah sesuai keputusan pemegang saham. Misalnya, jika bank tak memperoleh calon investor, maka bisa merger atau konsolidasi. "Harapan kami adalah merger itu lebih bagus," kata Irwan.
Kemudian, jika bank yang tak sehat sudah mendapatkan calon investor atau bank untuk diajak konsolidasi, mereka dapat memasukkan rencana divestasi saham melalui rencana bisnis bank (RBB). Nah, masa pencarian investor baru atau merger berlaku hingga tahun 2019. "Tapi, jika mereka dapat menyelesaikan dalam waktu dekat, itu lebih bagus," tutur Irwan.
OJK menegaskan, bank yang tingkat kesehatannya menurun adalah bank umum kelompok usaha (BUKU) 1, yang memiliki peringkat komposit (PK) di level 3 atau cukup sehat. Dus, tidak ada bank yang berada di level PK-4 (kurang sehat) dan PK-5 (tidak sehat). "Semua bank yang mengalami penurunan GCG itu di level 3," kata Irwan. Bank BUKU 1 memiliki modal inti kurang dari Rp 1 triliun.
Dari indikator keuangan seperti kredit, likuiditas dan rasio kredit bermasalah (NPL), kondisi bank tersebut masih stabil. Namum, ada beberapa bank yang mengalami kerugian. Artinya, investor tidak buntung, jika memiliki bank tersebut, karena mereka masih dapat mencatat pertumbuhan usaha.
Achmad Baequni, Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia, menyatakan pihaknya berencana melirik bank-bank kelompok BUKU 1 yang tingkat GCG-nya menurun. Langkah ini akan ditempuh apabila BRI kalah bersaing untuk mengakuisisi saham Bank Mutiara. Saat ini, BRI tengah melakukan proses penawaran saham Bank Mutiara yang akan dijual Lembaga Penjamin Simpanan.
Terkait rencana akuisisi bank BUKU 1, manajemen BRI ingin bank yang menjadi target harus sesuai dengan fokus bisnis BRI, yakni bidang mikro dan ritel. "Kami memang tertarik untuk mengincar bank BUKU 1," ungkap Baequni.
Bank pelat merah ini selalu memasukkan rencana pertumbuhan anorganik seperti mengakuisisi bank atau non bank untuk mengembangkan usahanya. BRI juga memiliki dana sebesar Rp 3 triliun untuk memiliki bank baru. "Kami akan memperkuat penyertaan modal jika dibutuhkan," tambah Baequni.
Analis Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, berpendapat, konsolidasi bank saat ini memang diperlukan. Merger menjadi salah satu caranya. Bagi bank, merger bertujuan antara lain untuk memperkuat permodalan. "Karena bank butuh modal untuk ekspansi," kata dia, kemarin.
Bagi regulator, kata Rully, konsolidasi akan memudahkan dalam hal pengawasan. Seperti diketahui, saat ini banyak bank yang beroperasi di Indonesia dan pengawasan akan efektif apabila jumlah bank bisa berkurang.
Konsolidasi juga menjadi bagian dari persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Jika bank-nya kecil-kecil, maka daya saingnya akan kurang apabila dibandingkan dengan bank di ASEAN," ungkap Rully.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News