Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis wealth management perbankan masih tumbuh subur hingga paruh pertama tahun ini. Di tengah situasi pandemi Covid-19, minat dan antusiasme nasabah bank untuk investasi mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan dana kelolaan atau asset under management (AUM) produk wealth management.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, mencatatkan AUM produk reksadana, obligasi, bancassurance hingga April 2021 tumbuh sebesar 47% secara tahunan (year on year/YoY).
Transaksi investasi secara online melalui aplikasi Welma BCA menunjukkan tren yang positif.
Jumlah pengguna aplikasi Welma semakin meningkat dari bulan ke bulan. "Per Mei 2021, kami mencatatkan nasabah yang telah men-download aplikasi Welma sebanyak 174.164 pengunduh," kata EVP Divisi Sekretariat dan Komunikasi Perusahaan BCA Hera F. Haryn pada Kontan.co.id, Jumat (4/6).
BCA tidak menetapkan target secara spesifik untuk pertumbuhan bisnis wealth management tahun ini. Namun, bank ingin menyebut akan terus mendukung pemerintah dalam mewujudkan iklim investasi yang positif di Tanah Air.
Baca Juga: Fintech Wealth Management mendorong perkembangan investor pasar modal
Bank Commonwealth juga mencatatkan hal serupa. Dana kelolaan wealth management bank ini per Akhir April 2021 tumbuh hampir 10% dari posisi Desember 2020. Dana kelolaan obligasi tercatat tumbuh paling signifikan di atas 30% secara year to date (Ytd).
Ivan Jaya, Chief of Retail & SME Business Commonwealth Bank mengatakan, faktor yang mendorong pertumbuhan aset obligasi adalah penerbitan baru obligasi pemerintah dan adanya shifting dimana investor dari kelas aset lain mengalihkan asetnya ke instrumen investasi yang memiliki volatilitas lebih rendah dan cenderung stabil.
Pendapatan fee yang didapat Commonwealth Bank dari bisnis ini berpotensi terus meningkat. "Fee based income menyumbang sekitar 45% dari total pendapatan Bank Commonwealth sejak awal tahun dan berpotensi untuk terus bertambah seiring membaiknya kondisi pasar keuangan domestik dan juga global," kata Ivan.
Ivan menambahkan, perkembangan bisnis wealth management dalam skala nasional selama pandemi justru menunjukan pertumbuhan yang cukup signifikan. Berdasarkan data KSEI, pertumbuhan jumlah investor reksadana sepanjang 2020 tumbuh 79% YoY menjadi 3,75 juta. Bahkan dalam empat bulan pertama tahun ini, sudah ada tambahan 1,23 juta investor.
Untuk mendorong pertumbuhan bisnis bisnis wealth management, Bank Commowealth aktif mengadakan market update secara virtual. Bank ini memberikan update informasi terkini mengenai investasi dan market melalui CommBank SmartWealth, aplikasi wealth management yang dilengkapi dengan fitur digital advisory dimana nasabah dapat melihat portofolio investasinya secara lengkap setiap saat.
Ivan memandang, minat masyarakat terhadap produk wealth management akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Selain itu, pandemi telah membuat masyarakat menunda pengeluaran yang konsumtif seperti rekreasi dan liburan yang justru menambah dana kas pribadi masyarakat yang bisa diinvestasikan.
Tingkat pertumbuhan kasus aktif Covid-19 di Indonesia yang cenderung stagnan dan tertanggulangi dengan baik serta sudah berjalannya program vaksinasi meningkatkan harapan pembukaan aktivitas ekonomi yang lebih luas. Hal ini akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan laba perusahaan pada tahun ini dan akan tercermin dengan potensi kenaikan harga sahamnya.
Adapun rencana kenaikan tariff pajak penghasilan (PPh) hingga menjadi 35% untuk orang pribadi, menurut Ivan, seharusnya tidak akan berdampak signifikan terhadap bisnis wealth management. Pasalnya, persentase investor yang memiliki pendapatan diatas Rp 1 miliar berdasarkan data KSEI per April 2021 hanya sebesar 0,77% dari total aset di pasar keuangan yang sebesar Rp 800 triliun.
Baca Juga: Citi Indonesia berkomitmen pada nasabah selama proses penjualan bisnis berlangsung
PT Bank OCBC NISP Tbk juga mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan wealth management hingga April 2021. Juky Mariska, Wealth Management Head OCBC NISP mengatakan, pertumbuhan itu sejalan dengan upaya perseroan mendorong nasabah untuk memanfaatkan One Mobile sebagai comprehensive money manager dengan kapasitas komprehensif mulai dari memberikan informasi terkait layanan yang dimiliki, melakukan transaksi perbankan hingga melakukan investasi.
Hanya saja, dia tidak merinci total dana kelolaan tersebut. "Di proses pemulihan ekonomi dan low rate environment, alternatif produk yang memberikan potensi imbal hasil lebih tinggi dari deposito semakin diminati, salah satunya obligasi. Sebagian besar fee based income wealth management kami berasal dari bisnis ini," kata Juky.
Setelah obligasi, instrumen reksadana juga diminati di OCBC NISP karena memiliki risiko yang lebih beragam serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan finansial nasabah. Ke depannya, jika suku bunga bunga meningkat maka nvestasi akan memberikan prospek lebih baik menurut Juky adalah instrumen berbasis saham.
OCBC semakin mendorong transformasi digital dalam pemasaran produk wealth management melalui ONe Mobile. Pengguna aplikasi ini telah mencapai 1 juta per akhir 2020 dan di kuartal I 2021 telah terjadi peningkatan 32% Ytd. "Nilai customer deposits yang dibuka melalui channel digital di OCBC mengalami peningkatan sebesar 21% yoy," imbuh Juky.
Selanjutnya: Pemerintah akan naikkan PPh orang tajir, begini respons bankir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News