Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagian besar bank syariah masih mencatatkan pertumbuhan perolehan laba bersih cukup baik pada semester I 2020 di tengah pandemi Covid-19 yang telah memukul kondisi ekonomi. Kenaikan laba bersih itu sejalan dengan meningkatnya penyaluran pembiayaan.
Kinerja cukup apik tersebut diperkirakan masih berlanjut pada paruh kedua tahun ini sehingga secara keseluruhan laba sepanjang tahun 2020 masih akan tumbuh.
PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) misalnya mengantongi laba bersih Rp 117,2 miliar, melesat 229,6% jika dibandingkan Juni 2019. Pertumbuhan laba itu sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan BRIS.
Direktur Operasional BRIS Fahmi Subandi mengatakan, peningkatan laba tersebut didukung oleh optimalisasi fungsi intermediari yang diikuti dengan pengendalian beban biaya dana perseroan. "Biaya dana akibat karena terjadi peningkatan dana murah atau current account and saving account (CASA)," katanya saat paparan kinerja BRIS, Senin (24/8).
DPK BRIS tumbuh 46,4% menjadi Rp 41,07 triliun. CASA tumbuh 90,7% menjadi Rp 22,3 triliun sehingga rasionya dana murah terhadap total DPK meningkat dari 41,6% per Juni 2019 menjadi 54,3%. Kenaikan CASA itu menurunkan biaya dana BRIS dari 4,72% pada tahun 2019 menjadi 3,65%.
Baca Juga: BRI Syariah naikkan pencadangan jadi 90% untuk antisipasi risiko pembiayaan
Pembiayaan BRIsyariah tumbuh 55,92% yoy menjadi Rp 37,4 triliun yang ditopang oleh segmen ritel. Konversi aset BRI ke BRI Syariah dalam rangka implementasi Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Aceh jugaa jadi pendorong kenaikan pembiyaan. Total kredit BRI yang telah dikonversi BRIsyariah telah 82,98% hingga Juni dana DPK mencapai 53,18%. ditargetkan konversi itu sudah rampung akhir tahun ini.
BRIS memproyeksikan masih akan melanjutkan pertumbuhan kinerja cukup gemilang. Laba bersih ditargetkan tumbuh sekitar 150%-170% dari tahun 20119 atau di kisaran Rp 185 miliar -Rp 199 miliar.
BRI juga mampu menjaga memperbaiki kualitas aset. Tercermin dari non performing financing (NPF) secara gross yang turun jadi 3,9% dari 4,9% pada Juni 2019 dan NPF net turun jadi 2,49% dari 4,51%.
BRI Syariah terus memupuk pencadangan. Pada Juni 2019 coverage ratio terhadap NPL hanya 27,9%. Pada Maret 2020 meningkat jadi 52% dan per Juni menjadi 71,4%. "Sampai akhir tahun, kita akan memupuk pencadangan di kisaran 90%, syukur-syukur bisa 100% untuk mengantisipasi dampa Covid-19," kata Fahmi.
Dengan adanya relaksasi retruktusasi kredit, BRI Syariah yakin bisa menjaga NPF dikisaran 3,5%-4% sampai akhir tahun. Sementara pembiayaan ditargetkan akan tambah sekitar Rp 500 miliar-Rp 1 triliun lagi sampai akhir tahun.
BCA Syariah juga menorehkan kinerja positif. Laba bersih BCA Syariah mencapai Rp 28 miliar pada semester I 2020 atau tumbuh 8,71% YoY. Pertumbuahn itu sejalan dengan kenaikan penyaluran pembiayaan 16,18% yoy.
John Kosasih, Presiden Direktur BCA Syariah bilang, kinerja tetap tumbuh karena perseroan juga berhasil jaga kualitas asetnya. NPF bank ini tetap terjaga di mana secara gross ada di level 0,69% dan secara net 0,21%.
Sementara Qanun Aceh belum berdampak signifikan terhadap pada BCA Syariah. "Di Aceh kami tidak lakukan pengalihan aset konvesional, tetapi kami lakukan secara organik. Itupun dampaknya belum terasa karena masih tahap awal," kata John.
Baca Juga: BNI Syariah salurkan pembiayaan sindikasi Rp 126 miliar di proyek air minum
PT Bank Syariah Mandiri juga mencetak pertumbuhan laba bersih meskipun induknya mengalami penurunan net profit. Laba bank syariah ini tumbuh 30,9% (yoy) menjadi Rp 721 miliar.
Pekan lalu, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin dalam paparan virtual menjelaskan, entitas anak. Juga akan jadi salah satu penopang pertumbuhan kredit perseroan dan pada akhirnya pendapatan secara perseroan secara konsolidasi. “Ke depannya, kami akan mendorong kredit ke usaha produktif seperti farmasi, telekomunikasi dan perdagangan," kata Siddik.
Sedangkan laba bersih BNI Syariah merosot 15% yoy menjadi Rp 267 miliar. Penurunan terjadi akibat mitigasi risiko pembiayaan dalam menghadapi pandemi.
Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto mengatakan, pandemi memang turut menggerus ekspansi pembiayaan. Per Juni 2020, pembiayaan BNI tercatat masih negatif jika dibandingkan akhir tahun lalu.
Hngga akhir tahun, BNI Syariah juga akan makin selektif melakukan ekspansi, seiring melakukan efisiensi terhadap biaya dana agar perseroan masih dapat mengoptimalkan laba. “Fokus kami saat ini memperbaiki kualitas pembiayaan serta menjaga biaya dana. Apalagi pertumbuhan dana pihak ketiga kami juga masih ditopang biaya murah yang kini komposisinya lebih dari 67%,” kata Wahyu.
Baca Juga: Bank Mandiri siap dukung rencana merger bank syariah milik BUMN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News