Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain kekuatan ekosistem, kunci dari keberhasilan bank digital berasal dari sisi kekuatan modalnya. Sejumlah bank digital terlihat memiliki modal yang kuat, hal ini terlihat dari jumlah modal inti dan juga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) yang tebal.
Adapun dari sejumlah bank digital yang ada di tanah air, PT Bank Jago Tbk (ARTO) nampaknya masih menjadi bank digital yang memiliki modal paling kuat. Meskipun memang Bank Jago sendiri belum merilis laporan keuangan untuk tahun buku 2023. Namun tercatat Bank Jago memiliki modal inti Rp 6,97 triliun per September 2023, meskipun sedikit menurun dari Rp 7,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun rasio CAR Bank Jago juga tebal, yakni sebesar 71,33% per Desember 2023. Meskipun angka ini menurun dari rasio CAR 97,50% pada Desember 2022.
Direktur Kepatuhan Bank Jago Tjit Siat Fun mengatakan, dengan permodalan dan likuiditas Bank Jago yang cukup baik dan sangat kuat, sehingga ini akan mendukung investasi dan pertumbuhan dan ekspansi bisnis secara berkualitas dan berkelanjutan.
Baca Juga: Jadi Calon Presiden Direktur Baru Maybank Indonesia, Ini Profil Steffano Ridwan
Sehingga Tjit Siat menilai perseroan belum memiliki keperluan yang mendesak untuk menambah permodalannya lagi. Justru pihaknya akan fokus berinovasi untuk terus mengembangkan Jago App dan mengenalkan fitur-fitur baru sesuai dengan kebutuhan nasabah di segmen pasar ritel (consumer), usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta mass market.
"Ini tentu akan meningkatkan penyaluran kredit, dana pihak ketiga, dan pengguna Aplikasi Jago lebih besar lagi," kata dia kepada Kontan, Jumat (15/3).
Kondisi rasio CAR saat ini juga dinilai sejalan dengan ekspansi kredit melalui mitra kolaborasi, seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya.
Alhasil, pihaknya menjadi optimistis pada pertumbuhan bisnis Bank Jago yang masih akan positif sejalan dengan potensi perekonomian digital yang semakin berkembang. Selain itu segmen nasabah yang belum terlayani secara digital juga besar sehingga peluang untuk melayani segmen nasabah tersebut masih terbuka lebar.
"Namun yang terpenting, kami mampu menjaga pertumbuhan bisnis tetap sehat dengan memperhatikan potensi risiko yang ada. Ke depan, kami akan terus berfokus menjaga fundamental keuangan tetap solid dan sehat guna memastikan keberlanjutan pertumbuhan secara berkualitas," kata Tjit Siat.
Setelah Bank Jago, ada PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang memiliki modal tebal di antara yang lain, yakni mencapai Rp 6,81 triliun per Desember 2023. Naik dari posisi Rp 6,33 triliun pada Desember 2022. Rasio CAR Allo Bank juga tebal, yang mencapai 83,6% per Desember 2023, naik dari posisi 79,53% pada tahun sebelumnya,
Presiden Direktur Allo Bank Indra Utoyo mengatakan dengan kekuatan modal inti dan juga rasio CAR tersebut merupakan dampak dari penyelesaian Penawaran Umum Terbatas (PUT) II Tahun 2021 sebesar Rp 750 miliar dan PUT III Tahun 2022 sebesar Rp 4,8 triliun.
"Kami menilai bahwa posisi ekuitas yang kuat ini sangat suportif untuk menghadapi setiap risiko serta mendukung aspirasi pertumbuhan Bank saat ini dan di masa depan," kata Indra kepada Kontan, Jumat (15/3).
Baca Juga: Sejumlah Bank Syariah Incar Peningkatan Pembiayaan di Bulan Ramadan
Adapun untuk tahun 2024, Indra menyebut pihaknya belum memiliki rencana untuk melakukan penambahan modal lagi melalui Aksi Korporasi. Namun penguatan modal akan ditingkatkan melalui pertumbuhan ekuitas secara organik yaitu melalui perolehan laba yang penggunaannya ditentukan lebih lanjut dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Di sisi lain, Indra menyebut ada kemungkinan rasio CAR Allo Bank tahun ini bakal sedikit menurun di kisaran 70% sampai 80% hingga akhir tahun 2024. Hal ini dengan mempertimbangkan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang meningkat karena proyeksi pertumbuhan kredit tahun 2024.
"Namun posisi ini masih jauh di atas ketentuan batas minimum regulator yang ditetapkan," kata Indra.
Indra meyakini dengan modal yang tebal tersebut, akan sangat kuat untuk mendukung aspirasi pertumbuhan kredit Allo Bank tahun ini.
Meski begitu, pihaknya tetap akan terus menerapkan prinsip-prinsip manajemen permodalan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan, dengan memperhatikan perhitungkan ATMR Risiko Kredit, ATMR Risiko Pasar, dan ATMR Risiko Operasional dengan pendekatan pengaruh risiko lainnya.